NPM : 24212031
Kelas: 1EB18
PERAN ETNIS CINA DALAM PERKEMBANGAN
EKONOMI
PADA MASA ORDE BARU
I.
PENDAHULUAN
Dalam
proses perkembangan bangsa Indonesia sampai saat ini, Etnis cina merupakansalah
satu elemen penting yang turut andil dalam proses terbentuknya Indonesia. Etnis
cinayang merupakan kaum imigran yang tersebar di seluruh dunia, telah ada di
Indonesia jauh sebelum kemerdekaan, tepatnya pada masa kerajaan di Nusantara. Keberadaan
Etnis Cina di Indonesia tidak terlepas dari tujuan mereka untuk berdagang dan
mendirikan bisnis. Namun demikian, seiring berjalanya waktu, Etnis Cina yang
menetap di indonesia juga telah melahirkan suatu budaya baru,hasil asimilasi
budaya asli mereka dengan budaya Indonesia, yang kemudian menjadi sebuah
identitas dan melahirkan klasifikasi masyarakat baru yang sering disebut “Cina
Peranakan”.
Eksistensi
dan peran Etnis cina di Indonesia semakin besar dari waktu ke waktu. Etnis Cina
telah berhasil merasuk dan menjadi suatu bagian dari tatanan masyarakat
indonesia yang plural. Mereka menjadi fondasi ekonomi pasca kemerdekaan, dengan
kegiatan perdagangan yang begitu intens dan skala yang besar. Menjadikan Etnis
cina sebagai pemegang kontrolatas kegiatan perekonomian di Indonesia pada saat
itu. Ditambah lagi,kedekatan para pengusaha Etnis Cina dengan pemerintah yang
berkuasa, yang pada saat itu dipegang oleh Soeharto, semakin memperlancar usaha
mereka dalam menjalankan bisnis.
II.
ISI
Seiring
dengan arus globalisasi yang begitu cepat , maka beberapa tahun belakangan ini
banyak terjadi perubahan bagi Indonesia . Globalisasi memicu terjadinya tumbukan
peradaban yang datang dari luar. Kita ambil contoh saja Indonesia dengan china
. Seperti yang kita ketahui, harga barang produksi China relatif murah dan
diminati konsumen Indonesia. Hal in itidak terlepas dari kualitas barang yang
dihasilkan oleh China . dan bisa dikatakan saat ini china merupakan pusat
industry didunia .
Dampak Negatif dari pedagan cina di indonesia
§
Pertama
Serbuan produk asing terutama dari
Cina dapat mengakibatkan kehancuran sektor-sektor ekonomi yang diserbu. Padahal
sebelum tahun 2009 saja Indonesia telah mengalami proses deindustrialisasi (penurunan industri). Berdasarkan data Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia, peran industri pengolahan mengalami penurunan
dari 28,1% pada 2004 menjadi 27,9% pada 2008. Diproyeksikan 5 tahun kedepan
penanaman modal di sektor industri pengolahan mengalami penurunan US$ 5miliar
yang sebagian besar dipicu oleh penutupan sentra-sentra usaha strategis
IKM(industri kecil menegah). Jumlah IKM yang terdaftar pada Kementrian
Perindustriantahun 2008 mencapai 16.806 dengan skala modal Rp 1 miliar hingga
Rp 5 miliar.
Dari jumlah tersebut, 85% di antaranya akan mengalami kesulitan dalam menghadapi persaingan
dengan produk dari Cina (Bisnis Indonesia, 9/1/2010).
§
Kedua
Pasar dalam negeri yang diserbu
produk asing dengan kualitas dan harga
yangsangat bersaing akan mendorong pengusaha dalam negeri berpindah usaha dari produsen
di berbagai sektor ekonomi menjadi importir atau pedagang saja. Sebagaicontoh,
harga tekstil dan produk tekstik (TPT) Cina lebih murah antara 15% hingga 25%.
Menurut Wakil Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ade
SudrajatUsman, selisih 5% saja sudah membuat industri lokal
kelabakan, apalagi perbedaannya besar (Bisnis Indonesia, 9/1/2010). Hal
yang sangat memungkinkan bagi pengusahalokal untuk bertahan hidup adalah bersikap
pragmatis, yakni dengan banting setir dari produsen tekstil menjadi
importer tekstil Cina atau setidaknya pedagang tekstil.
Sederhananya,“Buat apa memproduksi tekstil bila kalah bersaing? Lebih baik
impor saja, murah dan tidak perlu repot-repot jika diproduksi
sendiri.”
Gejala inilah yang mulai tampak sejak awal tahun 2010.
Misal, para pedagang jamusangat senang dengan membanjirnya produk jamu Cina
secara legal yang harganya murah dan dianggap lebih manjur dibandingkan dengan jamu lokal. Akibatnya, produsen
jamu lokal terancam gulung tikar.
§ Ketiga
Karakter perekomian dalam negeri akan semakin tidak mandiri dan lemah.Segalanya
bergantung pada asing. Bahkan produk “tetek bengek” seperti jarum sajaharus
diimpor. Jika banyak sektor ekonomi bergantung pada impor, sedangkan
sektor-sektor vital ekonomi dalam negeri juga
sudah dirambah dan dikuasai asing, makaapalagi yang bisa
diharapkan dari kekuatan ekonomi Indonesia?
§ Keempat
Jika di dalam negeri saja kalah bersaing, bagaimana mungkin
produk-produk Indonesia memiliki kemampuan hebat bersaing di pasar ASEAN dan Cina? Datamenunjukkan
bahwa tren pertumbuhan ekspor non-migas Indonesia ke Cina sejak
2004hingga 2008 hanya 24,95%, sedangkan tren pertumbuhan ekspor Cina ke
Indonesiamencapai 35,09%. Kalaupun ekspor Indonesia bisa digenjot, yang sangat mungkin berkembang
adalah ekspor bahan mentah, bukannya hasil olahan yang memiliki nilaitambah
seperti ekspor hasil industri. Pola ini malah sangat digemari oleh Cina
yangmemang sedang “haus” bahan mentah dan sumber energi untuk menggerakkanekonominya.
§ Kelima
Peranan produksi terutama sektor industri manufaktur dan IKM
dalam
pasar nasional akan terpangkas dan digantikan impor. Dampaknya, ketersediaan lapangankerja
semakin menurun. Padahal setiap tahun angkatan kerja baru bertambah lebih dari
2 juta orang, sementara pada periode Agustus 2009 saja jumlah pengangguran
terbuka diIndonesia mencapai 8,96 juta orang
Sesungguhnya
tidak selalu barang impor berdampak negative . dengan banyaknya barang impor
yang masuk keindonesia maka akan memacu industry di Indonesia untuk lebih
baersaing , meningkatkan kualitas hasil produknya dan juga bisa belajar dari
pruduk impor tersebut .
Dampak positif dari pedagan cina di indonesia
§ Pertama:
Pedagang
Cina akan membuat peluang Indonesia untuk menarik investasi. Hasil dari investasi
tersebut dapat diputar lagi untuk mengekspor barang-barang ke negara lain.
§ Kedua
Dapat
meningkatkan volume perdagangan. Hal ini dimotivasi dengan adanya persaingan
ketat antara produsen. Sehingga produsen maupun para importir dapat
meningkatkan volume perdagangan yang tidak terlepas dari kualitas sumber yang
diproduksi.
§ Ketiga
Berpengaruh
positif pada proyeksi laba BUMN 2010 secara agregat. Namun disamping itu faktor
laba bersih, prosentase pay out ratio atas laba juga menentukan besarnya dividen
atas laba BUMN.
Porsi
terbesar (91 persen) penerimaan pemerintah atas laba BUMN saat ini berasal dari
BUMN sektor pertambangan, jasa keuangan dan perbankan dan telekomunikasi.
BUMNtersebut membutuhkan impor barang modal yang cukup signifikan dan dapat
menjual sebagian produknya ke pasar Cina.
III.
PENUTUP
Sesungguhnya Indonesia tidak kalah dengan china , dengan
sumberdaya alam yang melimpah di Indonesia seharusnya indonesia bisa menjadi
negara berpengaruh di dunia dan dengan jumlah penduduk yang banyak maka akan
lahir pemikir pemikir yang akan mengubah masa depan Indonesia cumin bagaimana
pemerintah Indonesia dapat memanfaatkan segala yang ada tersebut .
IV.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar