Rabu, 30 September 2015

tugas softskil 1 etika profesi akuntansi

PENDAHULUAN
            Menurut Alvin A. Arens, Mark S. Beasley dan Randal J. Elder, (2011:4) auditing adalah akumulasi dan evaluasi bukti tentang informasi dan kriteria yang telah ditetapkan. Audit harus dilakukan oleh seorang yang kompeten, independen orang.
            Menurut Mulyadi (2002:9 ) auditing adalah sebagai suatu proses yang sistematis dalam memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif yang berhubungan dengan pernyataan-pernyataan tentang tindakan-tindakan dan kejadiankejadian ekonomi untuk menentukan tingkat hubungan antara pernyataan pernyataan tersebut dengan kriteria yang ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya dengan pihak-pihak yang berkepentingan.
            Menurut PSAK – Tim Sukses UKT Akuntansi 2006 auditing adalah suatu proses sistematik yang bertujuan untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti yang dikumpulkan atas pernyataan atau asersi tentang aksi-aksi ekonomi dan kejadiankejadian dan melihat bagaimana tingkat hubungan antara pernyataan atau asersi dengan kenyataan dan menkomunikasikan hasilnya kepada yang berkepentingan.
            Jadi kesimpulan mengenai auditing adalah ilmu memeriksa, yaitu membandingkan antara fakta dan kriteria.
            Tujuan audit secara umum atas laporan keuangan oleh auditor adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan hasil usaha dan arus kas yang sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum di Indonesia. Kewajaran laporan keuangan yang dinilai berdasarkan asersi yang terkandung dalam setiap unsur yang disajikan dalam laporan keuangan. Asersi adalah pernyataan manejemen yang terkandung dalam komponen laporan keuangan.

LANDASAN TEORI
2.1  Faktor Pendukung Auditor
Dalam menjalani misi internal auditor terdapat beberapa faktor pendukung yang dihadapi oleh auditor antara lain ”
1. Faktor Intern
* Kualitas auditor
* Perilaku para auditor
* Hasil pemeriksaan
2. Faktor Ekstern
* Dukungan top management
* Struktur organisasi internal audit
* Kedudukan internal audit yang independent
2.2  Tantangan Yang Dihadapi Auditor
Selain faktor pendukung terdapat pula beberapa tantangan yang dihadapi oleh auditor, diantaranya :
* Budaya ewuh pakewuh
* Pandangan bahwa internal audit mengganggu kegiatan
* Kesulitan membentuk kriteria
* Tanggapan unit yang diperiksa
* Diragukan independensinya
* Eselonering atau jenjang jabatannya tidak sejajar dengan direktur, melainkan sedikit dibawah para direktur eksekutif yang kegiatannya harus diperiksa
* Kedudukannya diuar jabatan sebagai chief of internal audit diangkat dengan surat keputusan direktur utama, bukan oleh pejabat diluar direksi, misalnya dewan komisaris atau dewan pengawas atau RUPS. Internal audit walaupun tidak setingkat direktur sebaiknya merasa sebagai tangan kanan Direktur Utama sehingga tindakan yang dilakukan untuk dan atas nama Direktur Utama.
2.3       Jenis-Jenis Risiko Audit
Dari rumusan model risiko audit ada 4 (empat) jenis risiko audit. Masing-masing jenis risiko audit tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Planned Detection Risk (Risiko Penemuan yang Direncanakan)
Adalah risiko bahwa bukti yang dikumpulkan dalam segmen gagal menemukan kekeliruan yang melampaui jumlah yang dapat ditolerir. Jika kekeliruan semacam itu timbul. Ada dua hal penting yang harus diperhatikan:
a. PDR tergantung pada tiga unsur risiko lainnya dalam model. Jadi risiko penemuan yang direncanakan hanya akan berubah jika auditor mengubah salah satu unsur lainnya.
b. PDR menentukan besarnya bukti yang akan dikumpulkan. Hubungan antara PDR dengan bukti berbanding terbalik. Jika nilai risiko penemuan yang direncanakan diperkecil, berarti jumlah bukti yang harus dikumpulkan auditor dalam audit lebih banyak.
2. Acceptable Audit Risk (Risiko Audit yang dapat diterima)
Adalah ukuran ketersediaan auditor untuk menerima bahwa laporan keuangn mengandung salah saji material tanpa pengecualian telah diberikan. Risiko ini ditetapkan secara subyektif bahwa auditor bersedia menerima laporan keuangan tidak disajikan secara wajar setelah audit selesai dan pendapat wajar tanpa pengecualian telah diberikan. Kalau auditor menetapkan tingkat risiko audit yang dapat diterima rendah, berarti ia ingin lebih memastikan bahwa tidak ada kekeliruan yang material dalam laporan keuangan.
Tingkat risiko nol berarti kepastian penuh bahwa laporan keuangan tidak mengandung kekeliruan yang materia dan tingkat risiko ini 100% berarti auditor sangat tidak yakin kalau laporan keuangan tidak mengandung salah saji atau kekeliruan yang material.
3. Inherent Risk (Risiko Bawaan atau Risiko Melekat)
Adalah penetapan auditor akan kemungkinan adanya kekeliruan (salah saji) dalam segmen audit yang melampaui batas toleransi, sebelum memperhitungkan faktor efektivitas pengendalian intern.
Risiko bawaan menunjukkan faktor kerentanan laporan keuangan terhadap kekeliruan yang material dengan asumsi tidak ada pengendalian intern.
Bila auditor berkesimpulan bahwa akan banyak kemungkinan terjadi kekeliruan tanpa pengendalian intern, berarti risiko bawaannya tinggi.
Faktor pengendalian intern tidak diperhitungkan dalam menetapkan inherent risk (risiko bawaan) karena dalam model risiko audit hal itu akan diperhitungkan tersendiri sebagai risiko pengendalian.
Hubungan antara risiko bawaan (inherent risk) dengan risiko penemuan (planned detection risk) serta rencana pengumpulan bukti adalah bahwa inherent risk sifatnya berbanding terbalik dengan planned detection risk rendah, maka planned detection risk tinggi dan bukti yang harus dikumpulkan pun sedikit.
4. Control Risk (Risiko Pengendalian)
Adalah ukuran penetapan auditor akan kemungkinan adanya kekeliruan (salah saji) dalam segmen audit yang melampaui batas toleransi yang tidak terdeteksi atau tercegah oleh struktur pengendalian intern klien. Risiko pengendalian (control risk) mengandung unsur:
a. Apakah struktur pengendalian intern klien cukup efektif untuk mendeteksi atau mencegah kekeliruan.
b. Keinginan auditor untuk membuat penetapan tersebut di bawah nilai maksimum (100%) dalam rencana audit.
Misalnya: auditor menyimpulkan bahwa struktur pengendalian intern yang ada sama sekali tidak efektif dalam mencegah atau mendeteksi kekeliruan.
2.4       Peranan Etika dalam Profesi Auditor
Audit membutuhkan pengabdian yang besar pada masyarakat dan komitmen moral yang tinggi. Masyarakat menuntut untuk memperoleh jasa para auditor publik dengan  standar kualitas yang tinggi, dan menuntut mereka untuk bersedia mengorbankan diri.
Itulah sebabnya profesi auditor menetapkan standar teknis dan standar etika yang harus dijadikan panduan oleh para auditor dalam melaksanakan audit
Standar etika diperlukan bagi profesi audit karena auditor memiliki posisi sebagai orang kepercayaan dan menghadapi kemungkinan benturan-benturan kepentingan.
Kode etik atau aturan etika profesi audit menyediakan panduan bagi para auditor profesional dalam mempertahankan diri dari godaan dan dalam mengambil keputusan-keputusan sulit. Jika auditor tunduk pada tekanan atau permintaan tersebut, maka telah terjadi pelanggaran terhadap komitmen pada prinsip-prinsip etika yang dianut oleh profesi.
Oleh karena itu, seorang auditor harus selalu memupuk dan menjaga kewaspadaannya agar tidak mudah takluk pada godaan dan tekanan yang membawanya ke dalam pelanggaran prinsip-prinsip etika secara umum dan etika profesi. etis yang tinggi; mampu mengenali situasi-situasi yang mengandung isu-isu etis sehingga memungkinkannya untuk mengambil keputusan atau tindakan yang tepat.

2.5       Pentingnya Nilai-Nilai Etika dalam Auditing
Beragam masalah etis berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan auditing. Banyak auditor menghadapi masalah serius karena mereka melakukan hal-hal kecil yang tak satu pun tampak mengandung kesalahan serius, namun ternyata hanya menumpuknya hingga menjadi suatu kesalahan yang besar dan merupakan pelanggaran serius terhadap kepercayaan yang diberikan.
Untuk itu pengetahuan akan tanda-tanda peringatan adanya masalah etika akan memberikan peluang untuk melindungi diri sendiri, dan pada saat yang sama, akan membangun suasana etis di lingkungan kerja.
Masalah-masalah etika yang dapat dijumpai oleh auditor yang meliputi permintaan atau tekanan untuk:
  1. Melaksanakan tugas yang bukan merupakan kompetensinya
  2. Mengungkapkan informasi rahasia
  3. Mengkompromikan integritasnya dengan melakukan pemalsuan, penggelapan, penyuapan dan sebagainya.
  4. Mendistorsi obyektivitas dengan menerbitkan laporan-laporan yang menyesatkan.

2.6       Dilema Etika
Dilema etika adalah situasi yang dihadapi seseorang di mana keputusan mengenai perilaku yang pantas harus dibuat.
Auditor banyak menghadapi dilema etika dalam melaksanakan tugasnya. Bernegosiasi dengan auditan jelas merupakan dilema etika.
Ada beberapa alternatif pemecahan dilema etika, tetapi harus berhati-hati untuk menghindari cara yang merupakan rasionalisasi perilaku tidak beretika.

Berikut ini adalah metode rasionalisasi yang biasanya digunakan bagi perilaku tidak beretika:
1.      Semua orang melakukannya. Argumentasi yang mendukung penyalahgunaan pelaporan pajak, pelaporan pengadaan barang/jasa biasanya didasarkan pada rasionalisasi bahwa semua orang melakukan hal yang sama, oleh karena itu dapat diterima.
2.      Jika itu legal, maka itu beretika. Menggunakan argumentasi bahwa semua perilaku legal adalah beretika sangat berhubungan dengan ketepatan hukum. Dengan pemikiran ini, tidak ada kewajiban menuntut kerugian yang telah dilakukan seseorang.
3.      Kemungkinan ketahuan dan konsekuensinya. Pemikiran ini bergantung pada evaluasi hasil temuan seseorang. Umumnya, seseorang akan memberikan hukuman (konsekuensi) pada temuan tersebut.

2.7       Pemecahan Dilema Etika
•         Pendekatan enam langkah berikut ini merupakan pendekatan sederhana untuk memecahkan dilema etika:
1.      Dapatkan fakta-fakta yang relevan
2.      Identifikasi isu-isu etika dari fakta-fakta yang ada
3.      Tentukan siapa dan bagaimana orang atau kelompok yang dipengaruhi oleh dilema etika
4.      Identifikasi alternatif-alternatif yang tersedia bagi orang yang memecahkan dilema etika
5.      Identifikasi konsekuensi yang mungkin timbul dari setiap alternatif
6.      Tetapkan tindakan yang tepat.

2.8       Kode Etik Akuntan Indonesia
Etika profesional bagi praktik akuntan di Indonesia ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dan disebut dengan Kode Etik Akuntan Indonesia.
Dalam hubungan ini perlu diingat bahwa IAI adalah satu-atunya organisasi profesi akuntan di Indonesia. Anggota IAI meliputi auditor dalam berbagai jenisnya (auditor independen/publik, auditor intern dan auditor pemerintah), akuntan manajemen, dan akuntan pendidik. Oleh sebab itu, kode etik IAI berlaku bagi semua anggota IAI, tidak terbatas pada akuntan anggota IAI yang berpraktik sebagai akuntan publik.
Kode Etik Akuntan Indonesia mempunyai struktur seperti kode etik AICPA yang meliputi prinsip etika, aturan etika dan interpretasi aturan etika yang diikuti dengan tanya jawab dalam kaitannya dengan interpretasi aturan etika.
Prinsip-prinsip etika dalam Kode Etik IAI ada 8 (delapan), yaitu:
1.      Tanggung Jawab
2.      Kepentingan Umum (Publik)
3.      Integritas
4.      Obyektivitas
5.      Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
6.      Kerahasiaan
7.      Perilaku Profesional
8.      Standar Teknis
2.9       Independensi Auditor
Sesuai dengan etika profesi, akuntan yang berpraktik sebagai auditor dipersyaratkan memiliki sikap independensi dalam setiap pelaksanaan audit.
Dalam kaitannya dengan auditor, independensi umumnya didefinisikan dengan mengacu kepada kebebasan dari hubungan (freedom from relationship) yang merusak atau tampaknya merusak kemampuan akuntan untuk menerapkan obyektivitas. Jadi, independensi diartikan sebagai kondisi agar obyektivitas dapat diterapkan.
Selain itu, terdapat pengertian lain tentang independensi yang berarti cara pandang yang tidak memihak di dalam pelaksanaan pengujian, evaluasi hasil pemeriksaan, dan penyusunan laporan audit. Independensi harus dipandang sebagai salah satu ciri auditor yang paling penting.
Alasannya adalah begitu banyak pihak yang menggantungkan kepercayaannya kepada kelayakan laporan keuangan berdasarkan laporan auditor yang tidak memihak.
Independensi dan Profesionalisme Seorang akuntan yang profesional seharusnya tidak menggunakan pertimbangannya hanya untuk kepuasan auditan. Dalam realitas auditor, setiap pertimbangan mengenai kepentingan auditan harus disubordinasikan kepada kewajiban atau tanggung jawab yang lebih besar yaitu kewajiban terhadap pihak-pihak ketiga dan kepada publik. Prinsip kunci dari seluruh gagasan profesionalisme adalah bahwa seorang profesional memiliki pengalaman dan kemampuan mengenali/memahami bidang tertentu yang lebih tinggi dari auditan. Oleh karena itu, profesional tersebut seharusnya tidak mensubordinasikan pertimbangannya kepada keinginan auditan.
Sikap mental independen harus meliputi independen dalam fakta (in fact) maupun dalam penampilan (in appearance).
Independensi dalam kenyataan akan ada apabila pada kenyataannya auditor mampu mempertahankan sikap yang tidak memihak sepanjang pelaksanaan audit.
Independen dalam penampilan berarti hasil interpretasi pihak lain mengenai independensi. Apabila auditor memiliki sikap independen dalam kenyataan tetapi pihak lain yang berkepentingan yakin bahwa auditor tersebut adalah penasihat auditan maka sebagian besar nilai fungsi auditnya akan sia-sia.
a.      Independensi dalam Kenyataan
Independensi dalam kenyataan merupakan salah satu aspek paling sulit dari etika dalam profesi akuntansi. Kebanyakan auditor siap untuk menegaskan bahwa untuk sebagian besar independensi dalam kenyataan merupakan norma dalam kehidupan sehari-hari seorang profesional. Namun mereka gagal untuk memberikan bukti penegasan ini atau bahkan untuk menjelaskan mengapa mereka percaya bahwa hal itu benar demikian Adalah hal yang sulit untuk membedakan sifat-sifat utama yang diperlukan untuk independensi dalam kenyataan. Audit dikatakan gagal jika seorang auditor memberikan pendapat kepada pihak ketiga bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum padahal dalam kenyataannya tidak demikian. Seringkali kegagalan audit disebabkan oleh tidak adanya independensi.
Contoh tidak adanya independensi dalam kenyataan adalah tidak adanya obyektivitas dan skeptisisme, menyetujui pembatasan penting yang diajukan auditan atas ruang lingkup audit atau dengan tidak melakukan evaluasi kritis terhadap transaksi auditan. Beberapa pihak juga percaya bahwa ketidakkompetenan merupakan perwujudan dari tiadanya independensi dalam kenyataan.
b.      Independensi dalam Penampilan
Independensi dalam penampilan mengacu kepada interpretasi atau persepsi orang mengenai independensi auditor. Sebagian besar nilai laporan audit berasal dari status independensi dari auditor. Oleh karena itu, jika auditor adalah independen dalam kenyataan, tetapi masyarakat umum percaya bahwa auditor berpihak kepada auditan, maka sebagian nilai fungsi audit akan hilang.
Adanya persepsi mengenai tidak adanya independensi dalam kenyataan tidak hanya menurunkan nilai laporan audit tetapi dapat juga memiliki pengaruh buruk terhadap profesi. Auditor berperan untuk memberikan suatu pendapat yang tidak bias pada informasi keuangan yang dilaporkan berdasarkan pertimbangan profesional. Jika auditor secara keseluruhan tidak dianggap independen, maka validitas peran auditor di dalam masyarakat akan terancam. Kredibilitas profesi pada akhirnya bergantung kepada persepsi masyarakat mengenai independensi (independensi dalam penampilan), bukan independensi dalam kenyataan.

PENUTUP
                Berdasarkan pembahasan pembahasan yang telah dilakukan dalam penulisan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1.      Seorang auditor harus memiliki sikap yang jujur sehinga dapat di percaya.
2.      Auditor memiliki berbagai macam resiko dalam pekerjaannya sehinga auditor tidak boleh melakukan kesalahan sedikit pun..
3.      Auditor harus memiliki etika yang baik dalam melaksanakan tugasnya.

DAFTAR PUSTAKA



Minggu, 05 Juli 2015

Profil Perusahaan


Nama                   : Kartika Meylani
Kelas                    : 3eb21
NPM                    : 24212031

PROFIL PT. Agung Podomoro Land
            PT Agung Podomoro Land Tbk. (APLN) is a leading integrated diversified real estate owner, developer and manager in the retail, commercial, and residential real estate segments with diversified holdings. We have an integrated property development model, from land acquisition and/or sourcing, to design and development, to project management, sales, commercial leasing and marketing, to the operation and management of our superblock developments, shopping malls, offices, hotels, and residential apartments and houses. We are known as a pioneer of the superblock development. Our high quality landmark projects, to name a few are Podomoro City, Kuningan City, and Senayan City.

            APLN was established on July 30, 2004 under the name PT Tiara Metropolitan Jaya. In 2010, our shareholders completed a corporate restructuring, pursuant to which six developments and their holding companies were transferred to our control.APLN, is the flagship listed entity (IDX:APLN) of Agung Podomoro Group (APG), is one of the fastest growing and largest real estate developers in Indonesia with interests in superblocks, retail properties, office, apartments and residential, and hotels.APG established its first development, a housing complex in Simprug area, South Jakarta, in 1969 and completed itsconstruction in 1973. From 1973 to present, members of APG completed or begun construction of more than 70 propertyprojects, with majority addressed to middle class segments of society, with projects ranging from low cost apartments to high end apartments in South Jakarta, high end and the neighborhood mall, shop houses, hotels and office towers.

            APLN combines a visionary approach to design with an emphasis on rapid execution and time to market. With our unique business model, we adopt fast churn concept with high capital turnover. Unlike other developers with massive landbank, we will only manage sizeable landbank to be directly developed mostly into mixed-use/superblock in the city. Drawing on the experience and resources of the Agung Podomoro Group, we have been responsible for bringing a number of landmark properties on the market such as our flagship Central Park development and the high profile Senayan City Mall. We also pioneered the superblock concept, bringing together residential, retail, leisure and office space within one integrated high rise development complex to create a pleasant and extremely convenient urban living space, with both sale and lease components.

            Our “Back to the City” campaign has continued to provide consumers with an alternate way of living through our one-stop-living high quality Superblock developments, which offer the possibility for a balanced and pleasant urban lifestyle to thousands of consumers.

            By working quickly and efficiently, our flexible and scalable model keeps use of capital and resources to a minimum at any given time. In addition, capitalizing on our network and good brand name, our strong and experienced marketing team is typically able to generate strong advance interest for cash generation through sales, deposits, and installments. We also pay close attention to the mix of revenues streams coming from sales versus recurring revenues


Senin, 01 Juni 2015

Softskill B.Inggris 2

Tugas 3

I.  Use the right tense to fill the blanks.
1.  Ann and Andy got married on June 1st. Today is June 14th Ann and Andy have been married for two weeks. By June 7th, they would have been married for one weeks, By June 28th, they will married for four weeks.
2. This traffic is terrible we’re going to be late by the time we got to the airport. Bob’s plane already is arriving.
3. The traffic was very heavy, by the time we got to the airport. Bob’s plane is already arrived.
4. This morning I come to class at 09:00. Right now it is 10:00 and I’m still in class. I have been sat at this desk for an hour. By 09:30, I was sit here for a half an hour. By 11:00, I will have been here for two hours.
5. I’m getting tired of sitting in the car. Do you realize that by the time we arrive in phoenix, we have driven for twenty straight hours?
6. Yesterday, John ate breakfast at 08:00. He already ate breakfast. When we left for class at 08:45. He always eats before he goes to class.
7. John is in class every morning from 09:00 to 12:00 two days ago, I called him at 11:35, but I could not reach him because he didn’t attend class at that time.
8. Tomorrow, after he have ate dinner. John will go to a movie. In the other words, he would have ate by the time he went to the movie.
9. Right now, Jake taking a nap he fall asleep an hour ago.
10. Mr.John is in my English class. He is studying English this semester. He also take some other classes. His classes begin at 09:00 everyday.
II.  Change into passive if possible if impossible write “no change”.
1. My sisters plane will arrive at 10:35  - no change
2. When did someone invent radio? – no change
3. When is someone going to to announce the result of the contest? – no change
4. Someone stole my purse – my purse stolen by someone.
5. Peter came here two months ago. – no change
6. Rice grown in Bogor – no change
III. Combine the two sentences with using the ‘B’.
1. A : We are studying sentences.
    B : Contain adjective clause.
     We are studying sentences which contain adjective clause.
2. A : I liked your composition
    B : You Wrote it
     I liked your composition whose you wrote it.
3. A : I come from a country
    B : it’s history goes back thousand of years.
     I come from a country where it’s history goes back thousand of years.
4. A : The man was very kind.
    B : I talked to him yesterday.
     The man was very kind when I talked to him yesterday.
5. A : That is the drawer.
    B : I keep my jewelry there.
     That is the drawer where I keep my jewelry there.
6. A : The girl was happy.
    B : She won the race.
     The girl was happy when she won the race.
7. A : The students is from china.
    B : He sits next to me.
     The students is from china where he sits next to me.
8. A : The professor is excellent.
    B : I’m taking his course.
     The professor is excellent when  I’m taking his course.
9. A : The people were very nice.
    B : We visited their house.
     The people were very nice when we visited their house.
10. A : I apologized to the woman.
      B : I spilled her coffee.
     I apologized to the woman which I spilled her coffee.

Minggu, 05 April 2015

tugas softskill1

INTRODUCTION TO ACCOUNTS PAYABLE
            Account payable is defined in Webster's New Universal Unabridged Dictionary as:
accounts payable. a liability to a creditor carried on open account usually for purchases of goods and services. [1935-40]
            When a company orders and receives goods (or services) in advance of paying for them, we say that the company is purchasing the goods on account or on credit. The supplier (or vendor) of the goods on credit is also referred to as a creditor. If the company receiving the goods does not sign a promissory note, the vendor's bill or invoice will be recorded by the company in its liability account Accounts Payable (or Trade Payables).

            As is expected for a liability account, Accounts Payable will normally have a credit balance. Hence, when a vendor invoice is recorded, Accounts Payable will be credited and another account must be debited (as required by double-entry accounting). When an account payable is paid, Accounts Payable will be debited and Cash will be credited. Therefore, the credit balance in Accounts Payable should be equal to the amount of vendor invoices that have been recorded but have not yet been paid.
            Under the accrual method of accounting, the company receiving goods or services on credit must report the liability no later than the date they were received. The same date is used to record the debit entry to an expense or asset account as appropriate. Hence, accountants say that under the accrual method of accounting expenses are reported when they are incurred (not when they are paid).

            The term accounts payable can also refer to the person or staff that processes vendor invoices and pays the company's bills. That's why a supplier who hasn't received payment from a customer will phone and ask to speak with "accounts payable."
The accounts payable process involves reviewing an enormous amount of detail to ensure that only legitimate and accurate amounts are entered in the accounting system. Much of the information that needs to be reviewed will be found in the following documents:
  • purchase orders issued by the company
  • receiving reports issued by the company
  • invoices from the company's vendors
  • contracts and other agreements
            The accuracy and completeness of a company's financial statements are dependent on the accounts payable process. A well-run accounts payable process will include:
  • the timely processing of accurate and legitimate vendor invoices,
  • accurate recording in the appropriate general ledger accounts, and
  • the accrual of obligations and expenses that have not yet been completely processed.
            The efficiency and effectiveness of the accounts payable process will also affect the company's cash position, credit rating, and relationships with its suppliers.
AUDITS OF ACCOUNTS PAYABLE
            Auditors often focus on the existence of approved invoices, expense reports, and other supporting documentation to support cheques that were cut. The presence of a confirmation or statement from the supplier is reasonable proof of the existence of the account. It is not uncommon for some of this documentation to be lost or misfiled by the time the audit rolls around. An auditor may decide to expand the sample size in such situations.
            Auditors typically prepare an aging structure of accounts payable for a better understanding of outstanding debts over certain periods (30, 60, 90 days, etc.). Such structures are helpful in the correct presentation of the balance sheet as of fiscal year end.
INTERNAL CONTROLS
            A variety of checks against abuse are usually present to prevent embezzlement by accounts payable personnel. Segregation of duties is a common control. Nearly all companies have a junior employee process and print a cheque and a senior employee review and sign the cheque. Often, the accounting software will limit each employee to performing only the functions assigned to them, so that there is no way any one employee – even the controller – can singlehandedly make a payment.
            Some companies also separate the functions of adding new vendors and entering vouchers. This makes it impossible for an employee to add himself as a vendor and then cut a cheque to himself without colluding with another employee. This file is referred to as the master vendor file. It is the repository of all significant information about the company's suppliers. It is the reference point for accounts payable when it comes to paying invoices.
            In addition, most companies require a second signature on cheques whose amount exceeds a specified threshold.
            Accounts payable personnel must watch for fraudulent invoices. In the absence of a purchase order system, the first line of defense is the approving manager. However, A/P staff should become familiar with a few common problems, such as "Yellow Pages" ripoffs in which fraudulent operators offer to place an advertisement. The walking-fingers logo has never been trademarked, and there are many different Yellow Pages-style directories, most of which have a small distribution. According to an article in the Winter 2000 American Payroll Association's Employer Practices, Vendors may send documents that look like invoices but in small print they state "this is not a bill." These may be charges for directory listings or advertisements. Recently, some companies have begun sending what appears to be a rebate or refund check; in reality, it is a registration for services that is activated when the document is returned with a signature."
            In accounts payable, a simple mistake can cause a large overpayment. A common example involves duplicate invoices. An invoice may be temporarily misplaced or still in the approval status when the vendors calls to inquire into its payment status. After the A/P staff member looks it up and finds it has not been paid, the vendor sends a duplicate invoice; meanwhile the original invoice shows up and gets paid. Then the duplicate invoice arrives and inadvertently gets paid as well, perhaps under a slightly different invoice.

PENGANTAR HUTANG
            Dalam Webster New Universal Unabridged Dictionary akun hutang didefinisikan sebagai: hutang dagang. Kewajiban kepada kreditur dilakukan pada rekening terbuka biasanya untuk pembelian barang dan jasa.
                                
            Ketika menerima barang atau jasa dan pesanan perusahaan, sebelum membayar untuk itu semua, kita mengatakan perusahaan membeli barang secara ansuran atau kredit. Pemasok atau vendor barang secara kredit biasanya di sebut sebagai kreditur. Jika perusahaan menerima barang tanpa mendapatkan surat perjanjian, tagihan vendor atau faktur akan disimpan oleh perusahaan dalam akun kewajiban hutang atau hutang Usaha.

            Seperti yang diharapkan pada akun kewajiban Hutang biasanya memiliki saldo kredit. Oleh karena itu ketika faktur vendor yang dicatat akan di kreditkan dan akun lain akan masuk ke debet (seperti yang telah disyaratkan oleh akuntansi double-entry). Ketika akun hutang dibayar, Hutang akan di debet dan kas akan dikreditkan. Oleh karena itu saldo kredit Hutang harus sama dengan jumlah faktur vendor yang telah dicatat tetapi belum dibayar.
            Berdasarkan metode akrual, perusahaan yang menerima barang atau jasa secara kredit harus melaporkan kewajiban selambat-lambatnya tanggal pesanan diterima. Tanggal yang sama digunakan untuk mencatat masuknya debet terhadap biaya atau asset akun yang sesuai. Oleh karena itu akuntan mengatakan bahwa dengan metode akrual,  biaya akuntansi dilaporkan pada saat terjadinya transaksi ( bukan ketika mereka dibayar).
            Rekening hutang berjangka juga dapat merunjuk kepada orang atau staf yang memperoses faktur vendor dan membayar tagihan perusahaan. Itu sebabnya pemasok yang belum menerima pembayaran dari pelanggan akan menghubungi dan meminta untuk membicarakan hutang yang ada. Proses Rekening hutang melibatkan sejumlah besar detail untuk memastikan bahwa jumlah yang hanya sah dan akurat dimasukkan dalam system akuntansi. Banyak informasi yang perlu ditinjau kembali dalam dokumen-dokumen berikut:
  • pesanan pembelian yang dikeluarkan oleh perusahaan
  • laporan penerimaan yang dikeluarkan oleh perusahaan
  • faktur dari vendor perusahaan
  • kontrak dan perjanjian lainnya
            Ketetapan dan kelengkapan laporan keuangan perusahaan tergantung pada proses hutang. Sebuah proses akun hutang dikelolah dengan baik akan        mencakup:
  • pengolahan tepat waktu yang akurat dan sah tentang faktur vendor
  • rekaman yang akurat dalam buku besar yang sesuai dengan kententua umum, dan
  • kewajiban dan beban dalam system akrual yang belum sepenuhnya diproses.
            Keefisiensi dan keefektivitasan pada proses hutang juga akan mempengaruhi posisi perusahaan kas, kredit, dan hubungan dengan pemasok.
MENGAUDIT REKENING HUTANG
            Auditor lebih focus pada keberadaan faktur yang disetujui, laporan pengeluaran, dan dokumen pendukung lainnya untuk mendukung pemeriksaan yang telah terjadi. Kehadiran konfirmasi atau pernyataan dari pem            asok adalah bukti yang masuk tentan g keberadaan akun. Hal ini tidak biasa untuk beberapa dokumentasi ini akan hil            ang atau misfiled pada saat mengaudit. Seorang auditor mungkin memutuskan untuk memperluas ukuran sampel dalam situasi seperti itu.
            Auditor biasanya menyiapkan struktur penuaan hutang untuk pemahaman yang lebih baik dari hutang selama periode tertentu (30, 60, 90 hari, dll) . Struktur seperti ini membantu dalam presentasi yang benar dari neraca per akhir tahun fiskal.


KONTROL INTERNAL
            Berbagai pemeriksaan terhadap penyalahgunaan biasanya hadir untuk mencegah penggelapan oleh hutang. Pemisahan tugas adalah pengendali. Hampir semua perusahaan memiliki proses karyawan junior dan mencetak cek dan review atas karyawan dan menandatangani cek. Seringkali software akuntansi akan membatasi setiap karyawan untuk melakukan tugas yang dibebankan kepada mereka, sehingga tidak ada cara untuk karyawan - bahkan controller sendirian dapat melakukan pembayaran.
            Beberapa perusahaan juga memisahkan fungsi, menambahkan vendor baru dan memasuki voucher. Hal ini membuat tidak mungkin bagi seorang karyawan untuk menambahkan dirinya sebagai vendor dan kemudian memotong cek untuk dirinya sendiri tanpa bertanya dengan karyawan lain. File ini disebut sebagai file induk penjual. Ini adalah repositori dari semua informasi penting tentang perusahaan pemasok. Ini adalah titik acuan untuk hutang ketika datang untuk membayar tagihan.
            Selain itu, sebagian besar perusahaan membutuhkan tanda tangan kedua pada cek yang jumlahnya melebihi ambang batas tertentu.
            Akun  hutang harus memperhatikan faktur palsu. Dengan tidak adanya sistem pesanan pembelian, baris pertama pertahanan adalah manajer menyetujui. Namun staf harus akrab dengan beberapa masalah umum, seperti "Yellow Pages" ripoffs di mana operator penipuan menawarkan untuk menempatkan iklan. Berjalan cari logo yang belum pernah merek dagangi, dan ada banyak Yellow Pages gaya direktori yang berbeda, yang sebagian besar memiliki distribusi kecil. Menurut sebuah artikel di Praktek Kerja Musim Dingin 2000 Amerika Payroll Association, Vendor dapat mengirimkan dokumen yang terlihat seperti faktur tetapi dalam cetakan kecil mereka menyatakan" ini bukan tagihan." Ini mungkin biaya untuk daftar direktori atau iklan. Baru-baru ini, beberapa perusahaan telah mulai mengirimkan apa yang tampaknya menjadi potongan atau pengembalian dana cek, pada kenyataannya  itu adalah pendaftaran untuk layanan yang diaktifkan ketika dokumen dikembalikan dengan tanda tangan ".           
            Dalam hutang, kesalahan sederhana dapat menyebabkan kelebihan pembayaran yang besar. Sebuah contoh umum melibatkan duplikat faktur. Faktur mungkin sementara salah tempat atau masih dalam status persetujuan ketika vendor panggilan untuk menyelidiki status pembayarannya. Setelah anggota staf terlihat itu dan menemukan itu belum dibayar, vendor mengirimkan faktur duplikat; Sementara faktur asli muncul dan dibayar. Kemudian duplikat faktur tiba dan secara tidak sengaja dibayar juga, mungkin di bawah faktur sedikit berbeda.
Referensi