Sabtu, 06 Desember 2014

pengumpulan data



PENGUMPULAN DATA
Dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan faktor penting demi keberhasilan penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara mengumpulkan data, siapa sumbernya, dan apa alat yang digunakan.
Jenis sumber data adalah mengenai dari mana data diperoleh. Apakah data diperoleh dari sumber langsung (data primer) atau data diperoleh dari sumber tidak langsung (data sekunder).
Metode Pengumpulan Data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat diperlihatkan penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan, tes, dkoumentasi dan sebagainya.
Sedangkan Instrumen Pengumpul Data merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data.  Karena berupa alat, maka instrumen dapat berupa lembar cek list, kuesioner (angket terbuka / tertutup), pedoman wawancara, camera photo dan lainnya.

Adapun tiga teknik pengumpulan data yang biasa digunakan adalah angket, observasi dan wawancara.
1. Angket
Angket / kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada orang lain yang dijadikan responden untuk dijawabnya.
Meskipun terlihat mudah, teknik pengumpulan data melalui angket cukup sulit dilakukan jika respondennya cukup besar dan tersebar di berbagai wilayah.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan angket menurut Uma Sekaran (dalam Sugiyono, 2007:163) terkait dengan prinsip penulisan angket, prinsip pengukuran dan penampilan fisik.
Prinsip Penulisan angket menyangkut beberapa faktor antara lain :
  • Isi dan tujuan pertanyaan artinya jika isi pertanyaan ditujukan untuk mengukur maka harus ada skala yang jelas dalam pilihan jawaban.
  • Bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan kemampuan responden. Tidak mungkin menggunakan bahasa yang penuh istilah-istilah bahasa Inggris pada responden yang tidak mengerti bahasa Inggris, dsb.
  • Tipe dan bentuk pertanyaan apakah terbuka atau terturup. Jika terbuka artinya jawaban yang diberikan adalah bebas, sedangkan jika pernyataan tertutup maka responden hanya diminta untuk memilih jawaban yang disediakan.

Contoh Angket......
1)    Angket Terbuka, yaitu angket dimana responden diberi kebebasan untuk menjawab
Contoh: Metode apa yang digunakan oleh Bapak/ibu  dalam pengajaran PAI dikelas?
a......................
b......................
c......................
d......................
2)  Angket Tertutup, apabila jawaban pertanyaan sudah disediakan oleh peneliti.
Contoh: Apakah Bapak/Ibu senantiasa memeriksa hasil pekerjaan anak dikelas?
a.    Selau
b.    Sering
c.    Jarang sekali

3)    Angket semi terbuka, yaitu jawaban pertanyaan sudah diberikan oleh peneliti, tetapi diberi kesempatan untuk menjawab sesuai kemauan responden
Contoh: Apa metode yang Bapak?Ibu gunakan dalam pengajaran PAI
a.    Diskusi
b.    Ceramah
c.    ............
2. Observasi
Obrservasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur sikap dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi (situasi, kondisi). Teknik ini digunakan bila penelitian ditujukan untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan dilakukan pada responden yang tidak terlalu besar.
Participant Observation
Dalam observasi ini, peneliti secara langsung terlibat dalam kegiatam sehari-hari orang atau situasi yang diamati sebagai sumber data.
Misalnya seorang guru dapat melakukan observasi mengenai bagaimana perilaku siswa, semangat siswa, kemampuan manajerial kepala sekolah, hubungan antar guru, dsb.
Non participant Observation
Berlawanan dengan participant Observation, Non Participant merupakan observasi yang penelitinya tidak ikut secara langsung dalam kegiatan atau proses yang sedang diamati.
Misalnya penelitian tentang pola pembinaan olahraga, seorang peneliti yang menempatkan dirinya sebagai pengamat dan mencatat berbagai peristiwa yang dianggap perlu sebagai data penelitian.
Kelemahan dari metode ini adalah peneliti tidak akan memperoleh data yang mendalam karena hanya bertindak sebagai pengamat dari luar tanpa mengetahui makna yang terkandung di dalam peristiwa.
Alat yang digunakan dalam teknik observasi ini antara lain : lembar cek list, buku catatan, kamera photo, dll.
3. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti terhadap nara sumber atau sumber data.
Wawancara pada penelitian sampel besar biasanya hanya dilakukan sebagai studi pendahuluan karena tidak mungkin menggunakan wawancara pada 1000 responden, sedangkan pada sampel kecil teknik wawancara dapat diterapkan sebagai teknik pengumpul data (umumnya penelitian kualitatif)
Wawancara terbagi atas wawancara terstruktur dan tidak terstruktur.
  1. Wawancara terstruktur artinya peneliti telah mengetahui dengan pasti apa informasi yang ingin digali dari responden sehingga daftar pertanyaannya sudah dibuat secara sistematis. Peneliti juga dapat menggunakan alat bantu tape recorder, kamera photo, dan material lain yang dapat membantu kelancaran wawancara.
  2. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas, yaitu peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan yang akan diajukan secara spesifik, dan hanya memuat poin-poin penting masalah yang ingin digali dari responden.

Contoh wawancara

Tema               : Lupa
Narasumber     : Dr. Nayli Husna Dewi, Sp.S
Pewawancara  : Salma Nafi’aturrofi’ah
Assalamu’alaikum…. Selamat pagi pemirsa, senang sekali Salma dapat berjumpa kembali dengan pemirsa dalam acara “HADUUU APA YA?” pagi ini Salma akan mewawancarai seorang dokter spesialis saraf, yaitu Dr. Nayli Husna Dewi, Sp.S. kali ini kita akan membahas tentang lupa. Nah, ada apakah gerangam denganlupa ini? Mari kita sambut Dr. Nayli…
Salma  : Selamat pagi, Dok !
Nayli   : Ya, selamat pagi
Salma : Pagi ini Salma pengen mewawancarai dokter tentang lupa, nih…
Nayli   : Ya, baiklah. Mari kita mulai
Salma  : Begini, Dok.. sebenarnya apa sih penyebab lupa?
Nayli   : Lupa disebabkan karena adanya gangguan daya ingat jangka pendek yang berdampak pada kerusakan di bagian medial temporal, hippocampus. Selain itu, lupa juga bisa disebabkan oleh faktor-faktor yang lain seperti; hipertensi, kolesterol, stroke, dan juga faktor usia.
Salma  : Oo.. gitu.. lalu, sebenarnya apa yang terjadi pada otak kita saat kita lupa?
Nayli   : Saat kita lupa, salah satu fungsi kognitif otak kita, yaitu memori atau daya ingat terganggu. Memori merupakan tempat menerima informasi yang masuk, kemudian informasi itu diproses menjadi daya ingat.
Salma  : Begini, Dok. Lupa sering dihubung-hubungkan dengan pikun. Jadi apakah lupa itu selalu pikun?
Nayli   : Lupa tergolong wajar jika tidak ada gangguan pada organ yang berkaitan dengan fungsi memori. Bagi orang yang masih muda, lupa sering dialami oleh orang yang super sibuk. Nah, dalam kondisi tersebut bukan otak yang terganggu. Namun pada saat bersamaan, banyak hal yang harus diingat melebihi kapasitas otak.
Salma  : Emm.. lalu, Dok.. apakah lupa dapat menjadi penyakit yang parah?
Nayli   : oh.. bisa.. penyakit lupa yang parah dan paling ditakuti adalah Alzheimer.
Salma  : Apa ciri-ciri penyakit tersebut, Dok?
Nayli   : Pada awalnya itu terlihat seperti lupa pada umumnya. Namun makin hari lupanya makin parah dari hari ke hari. Bahkan bisa lupa melakukan sesuatu yang baru saja dilakukannya. Juga mengalami permasalahan berbahasa, disorientasi waktu dan tempat, hingga penurunan perhatian.
Salma  : Wah.. kalau begitu bagaimana caranya menjaga daya ingat agar tidak mudah lupa, Dok?
Nayli   : Banyak cara menjaga daya ingat, diantaranya adalah;
a.       Melatih otak positif, menulis, bermain TTS dan kuis
b.      Melakukan latihan fisik dan otak secara teratur
c.       Memberikan porsi lebih besar pada satu hal dengan meningkatkan konsentrasi saat melakukan kegiatan tersebut
d.      Melakukan interaksi dengan berkumpul bersama orang lain
Salma  : Waaah.. baiklah kalau begitu, Dok. Terimakasih sekali atas waktu yang telah anda luangkan untuk acara ini
Nayli   : Ya.. sama sama yaa
Kelebihan dan Kekurangan dalam Teknik Pengumpulan Data
1. Metode Observasi
Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan pengamatan langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Pengamatan baru tergolong sebagai teknik mengumpulkan data, jika pengamatan tersebut mempunyai kriteria berikut:
  • Pengamatan digunakan untuk penelitian dan telah direncanakan secara sistematik.
  • Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah direncanakan.
  • Pengamatan tersebut dicatat secara sistematis dan dihubungkan dengan proposisi umum dan bukan dipaparkan sebagai suatu set yang menarik perhatian saja.
Pengamatan dapat dicek dan dikontrol atas validitas dan reliabilitasnya. Penggunaan pengamatan langsung sebagai cara mengumpulkan data mempunyai beberapa keuntungan antara lain :
Pertama. Dengan cara pengamatan langsung, terdapat kemungkinan untuk mencatat hal-hal, perilaku, pertumbuhan, dan sebagainya, sewaktu kejadian tersebut berlaku, atau sewaktu perilaku tersebut terjadi. Dengan cara pengamatan, data yang langsung mengenai perilaku yang tipikal dari objek dapat dicatat segera, dantidak menggantungkan data dari ingatan seseorang;
Kedua. Pengamatan langsung dapat memperoleh data dari subjek baik tidak dapat berkomunikasi secara verbal atau yang tak mau berkomunikasi secara verbal. Adakalanya subjek tidak mau berkomunikasi, secara verbal dengan enumerator atau peneliti, baik karena takut, karena tidak ada waktu atau karena enggan. Dengan pengamatan langsung, hal di atas dapat ditanggulangi. Selain dari keuntungan yang telah diberikan di atas, pengamatan secara langsung sebagai salah satu metode dalam mengumpulkan data, mempunyai kelemahan-kelemahan.
2. Metode Wawancara
Yang dimaksud dengan wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara). Wawancara dapat dilakukan dengan tatap muka maupun melalui telpon.
Wawancara Tatap Muka
Beberapa kelebihan wawancara tatap muka antara lain :
  • Bisa membangun hubungan dan memotivasi responden
  • Bisa mengklarifikasi pertanyaan, menjernihkan keraguan, menambah pertanyaan baru
  • Bisa membaca isyarat non verbal
  • Bisa memperoleh data yang banyak
Sementara kekurangannya adalah :
  • Membutuhkan waktu yang lama
  • Biaya besar jika responden yang akan diwawancara berada di beberapa daerah terpisah
  • Responden mungkin meragukan kerahasiaan informasi yang diberikan
  • Pewawancara perlu dilatih
  • Bisa menimbulkan bias pewawancara
  • Responden bias menghentikan wawancara kapanpun
Wawancara via phone
Kelebihan
  • Biaya lebih sedikit dan lebih cepat dari warancara tatap muka
  • Bisa menjangkau daerah geografis yang luas
  • Anomalitas lebih besar dibanding wawancara pribadi (tatap muka)
Kelemahan
  • Isyarat non verbal tidak bisa dibaca
  • Wawancara harus diusahakan singkat
  • Nomor telpon yang tidak terpakai bisa dihubungi, dan nomor yang tidak terdaftar pun dihilangkan dari sampel
3.Metode Kuesioner
Kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah disusun sebelumnya. Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner, atau daftar pertanyaan tersebut cukup terperinci dan lengkap dan biasanya sudah menyediakan pilihan jawaban (kuesioner tertutup) atau memberikan kesempatan responden menjawab secara bebas (kuesioner terbuka).
Penyebaran kuesioner dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti penyerahan kuesioner secara pribadi, melalui surat, dan melalui email. Masing-masing cara ini memiliki kelebihan dan kelemahan, seperti kuesioner yang diserahkan secara pribadi dapat membangun hubungan dan memotivasi respoinden, lebih murah jika pemberiannya dilakukan langsung dalam satu kelompok, respon cukup tinggi. Namun kelemahannya adalah organisasi kemungkinan menolak memberikan waktu perusahaan untuk survey dengan kelompok karyawan yang dikumpulkan untuk tujuan tersebut.
Etika dalam Pengumpulan Data
Beberapa isu etis yang harus diperhatikan ketika mengumpulkan data antara lain :
  1. Memperlakukan informasi yang diberikan responden dengan memegang prinsip kerahasiaan dan menjaga pribadi responden merupakan salah satu tanggung jawab peneliti.
  2. Peneliti tidak boleh mengemukakan hal yang tidak benar mengenai sifat penelitian kepada subjek. Dengan demikian, peneliti harus menyampaikan tujuan dari penelitian kepada subjek dengan jelas.
  3. Informasi pribadi atau yang terlihat mencampuri sebaiknya tidak ditanyakan, dan jika hal tersebut mutlak diperlukan untuk penelitian, maka penyampaiannya harus diungkapkan dengan kepekaan yang tinggi kepada responden, dan memberikan alasan spesifik mengapa informasi tersebut dibutuhkan untuk kepentingan penelitian.
  4. Apapun sifat metode pengumpulan data, harga diri dan kehormatan subjek tidak boleh dilanggar
  5. Tidak boleh ada paksaan kepada orang untuk merespon survei dan responden yang tidak mau berpartisipasi tetap harus dihormati.
  6. Dalam study lab, subjek harus diberitahukan sepenuhnya mengenai alasan eksperimen setelah mereka berpartisipasi dalam studi.
  7. Subjek tidak boleh dihadapkan pada situasi yang mengancam mereka, baik secara fisik maupun mental.
  8. Tidak boleh ada penyampaian yang salah atau distorsi dalam melaporkan data yang dikumpulkan selama study.
Referensi :
Uma Sekaran. 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta : Salemba Empat

Minggu, 26 Oktober 2014

tugas softskill2



PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Akal dan pikiran merupakan perlengkapan yang paling sempurna yang dianugerah Tuhan kepada manusia. Dengan akal dan pikiran, manusia dapat mengubah dan mengembangkan taraf kehidupannya dari tradisional menjadi modern. Sifat yang tidak puas secara alamiah ada dalam diri manusia mendorong manusia untuk selalu ingin merubah keadaan. Ketidakpuasan tersebut menimbulkan  perubahan-perubahan sehingga tercipta peradapan dunia yang maju. Sehingga adanya metode berpikir logika, deduktif, dan induktif.
Dari berbagai metode berpikir secara logika, deduktif, dan induktif merupakan suatu metode dalam berpikir untuk menunjukkan kebenaran ilmu pengetahuan yang benar dan sahih.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Logika
Istilah logika diambil dari bahasa Yunani logikos, yang berarti ‘mengenai sesuatu yang diutarakan, mengenai suatu pertimbangan akal (pikiran), mengenai kata, mengenai percakapan, atau berkenaan dengan bahasa (Jan Hendrik Rapar, 2005: 52). Dalam bahasa Latin logika disebut dengan logos, berarti perkataan atau sabda (Mundiri, 2003: 8). Orang Arab biasanya menyebut logika ini dengan kata mantiq, yang diambil dari kata ‘nataqa’. Kata ‘mantiq’ lazim digunakan dengan berkata atau berucap. Istilah ‘mantiq’ juga diartikan sebagai hukum yang memelihara hati nurani dari kesalahan dalam berpikir.[1]
Poedjawijatna (1996: 15) menjelaskan bahwa logika merupakan kajian filsafat yang mengkaji manusia yang biasanya dikenal dengan filsafat budi, dimana budi disini adalah akal sebagai alat penyelidikan dalam mengambil suatu tindakan atau keputusan.
Dengan memeperhatikan definisi-definisi logika yang dikemukakan oleh para ahli tersebut diatas, maka pada umumnya memiliki persamaan, bahwa yang disebut dengan logika adalah cabang filsafat yang membahas tentang asas-asas, aturan-aturan, dan prosedur dalam mencapai pengetahuan yang benar, yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional.
Logika adalah sarana untuk berpikir sistematis, valid, dan dapat dipertanggungjawabkan. Karena itu, berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan aturan-aturan berpikir, seperti setengah tidak boleh lebih besar daripada satu.[2]
Logika merupakan cabang filsafat yang bersifat praktis berpangkal pada penalaran, dan sekaligus sebagai dasar filsafat dan sebagai sarana ilmu. Dengan fungsi sebagai dasar filsafat dan sarana ilmu logika merupakan “jembatan penghubung” antara filsafat dan ilmu, yang secara terminologis logika didefinisikan : Teori tentang penyimpulan yang sah. Penyimpulan pada dasarnya bertitik tolak dari suatu pangkal-pikir tertentu, yang kemudian ditarik suatu kesimpulan. Penyimpulan yang sah, artinya sesuai dengan pertimbangan akal dan runtut sehingga dapat dilacak kembali yang sekaligus juga benar, yang berarti dituntut kebenaran bentuk sesuai dengan isi.
Contoh :
kupu-kupu mengalami fase metamorfosa. Karena sebelum menjadi kupu-kupu adanya tahap-tahapan yang dilalui yaitu yang pertama fase telur kemudian menetas menjadi ulat lalu berubah menjadi kepompong dan selanjutnya menjadi kupu-kupu.
Penyimpulan di atas dikatakan penyimpulan yang sah karena sesuai dengan kenyataan yang ada dan tidak dibuat-buat (masuk akal).

2.2 Pengertian Dari Penalaran Deduksi Dan Induksi
Penalaran Deduksi
Penalaran deduksi didasarkan pada penarikan kesimpulan yang bertolak dari hal yang umum. Dalam karangan penerapan penalaran deduktif ini tampak pada pernyataan umum yang dituangkan dalam kalimat utama yang kemudian menuju pada beberapa kalimat penjelas.
1. Silogisme Kategorial
Silogisme Katagorial adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan katagorik. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan diantara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term).
Contoh :
My : Semua mahluk hidup membutuhkan udara.
Mn : Hewan adalah mahluk hidup .
K : Hewan membutuhkan udara.
2. Silogisme Alternatif
Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh :
My : Ular berada di dalam kandang atau di luar kandang.
Mn : Ular berada di luar kandang.
K : Jadi, ular tidak berada di dalam kandang.
3. Silogisme Hipotesa
Silogisme hipotesis yaitu silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis. Konditional hipotesis yaitu : bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.
Contoh :
My : jika tidak ada uang, manusia sangat kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Mn : Uang tidak ada.
K : Jadi, manusia akan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. 
4. Entimen
Entimen adalah silogisme yang di pendekkan.
Contoh :
Semua perempuan akan melahirkan. Helliana adalah perempuan. Helliana pasti akan melahirkan.
5. Rantai Deduksi
Seringkali penalaran yang deduktif dapat berlangsung lebih informal dari entimem. Orang-orang tidak berhenti pada sebuah silogisme saja, tetapi dapat pula merangkaikan beberapa bentuk silogisme yang tertuang dalam bentuk-bentuk yang informal.
Yang penting dalam mata rantai deduksi ini, penulis harus mengetahui norma dasar, sehingga bila argumennya mendapat tantangan atau bila ia sendiri ragu-ragu terhadap argumen orang lain, ia dapat menguji argumen ini untuk menemukan kesalahannya dan kemudian dapat memperbaikinya, baik kesalahan itu terjadi karena induksi yang salah, entah karena premis atau konklusi-konklusi deduksi yang salah.
Contoh:
Semua mahluk hidup berkembang biak.
Manusia adalah mahluk hidup.
Jadi, manusia berkembang biak.
Hewan juga berkembang biak.
Penalaran Induksi
Induksi atau penalaran induktif adalah penalaran dari kasus-kasus partikular menuju pada kesimpulan umum.
 1. Generalisasi
Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju kesimpulan umum
Contoh :
·         Steven Gerrard adalah bintang sepakbola, dan ia berparas tampan.
·         Daniel Agger adalah bintang sepakbola, dan ia berparas tampan.
Generalisasi :  Semua bintang sepakbola berparas tampan.
Pernyataan “semua bintang sepakbola berparas tampan” hanya memiliki kebenaran probabilitas karena belum pernah diselidiki kebenarannya.
Contoh kesalahannya:
Ronaldinho juga bintang sepakbola, tetapi ia tidak berparas tampan.
2. Hipotesa dan Teori
Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya.
Hipotesis ilmiah mencoba mengutarakan jawaban sementara terhadap masalah yang kan diteliti.Hipotesis menjadi teruji apabila semua gejala yang timbul tidak bertentangan dengan hipotesis tersebut. Dalam upaya pembuktian hipotesis, penelitidapat saja dengan sengaja menimbulkan/ menciptakan suatugejala. Kesengajaan ini disebut percobaan atau eksperimen. Hipotesis yang telah teruji kebenarannya disebut teori.
Pernyataan hubungan antara variabel, sebagaimana dirumuskan dalam hipotesis, merupakan hanya merupakan dugaan sementara atas suatu masalah yang didasarkan pada hubungan yang telah dijelaskan dalam kerangka teori yang digunakan untuk menjelaskan masalah penelitian. Sebab, teori yang tepat akan menghasilkan hipotesis yang tepat untuk digunakan sebagai jawaban sementara atas masalah yang diteliti atau dipelajari dalam penelitian. Dalam penelitian kuantitatif peneliti menguji suatu teori. Untuk meguji teori tersebut, peneliti menguji hipotesis yang diturunkan dari teori.
Agar teori yang digunakan sebagai dasar penyusunan hipotesis dapat diamati dan diukur dalam kenyataan sebenarnya, teori tersebut harus dijabarkan ke dalam bentuk yang nyata yang dapat diamati dan diukur. Cara yang umum digunakan ialah melalui proses operasionalisasi, yaitu menurunkan tingkat keabstrakan suatu teori menjadi tingkat yang lebih konkret yang menunjuk fenomena empiris atau ke dalam bentukproposisi yang dapat diamati atau dapat diukur. Proposisi yang dapat diukur atau diamati adalah proposisi yang menyatakan hubungan antar-variabel. Proposisi seperti inilah yang disebut sebagai hipotesis
3. Analogi
Analogi adalah cara bernalar dengan membandingkan dua hal yang memiliki sifat sama. Cara ini didsarkan asumsi bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi, maka akan ada persamaan pula dalam bidang lain.
Analogi dalam ilmu bahasa adalah persamaan antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya bentuk-bentuk yang lain. Analogi merupakan salah satu proses morfologi dimana dalam analogi, pembentukan kata baru dari kata yang telah ada.
Contoh :
· Pada kata dewa-dewi, putra-putri, pemuda-pemudi, dan karyawan-karyawati.
· Yoga seorang alumni SMA 3 Depok dapat diterima kerja di perusahaan Chevron. Oleh sebab itu, Merry yang juga lulusan SMA 3 Depok pasti bisa juga diterima kerja di perusahaan Chevron.


4. Hubungan Kausalitas
Hubungan kausal adalah cara penalaran yang diperoleh dari peristiwa-peristiwa yang memiliki pola hubungan sebab-akibat.. Salah satu variabel (independen) mempengaruhi variabel yang lain (dependen).
Contoh :
· Hubungan kepandaian dengan kekayaan (Diasumsikan kepandaian membuat orang bisa kaya, dan sebaliknya karena kaya orang mempunyai biaya untuk belajar sehingga pandai).
· Kemarin Budi tidak masuk kuliah. Hari ini pun tidak. Pagi tadi ibunya pergi ke apotek membeli obat. Karena itu, pasti Budi sedang sakit.
5. Induksi Dalam Metode Eksposisi 
Eksposisi adalah salah satu jenis pengembangan paragraf dalam penulisan yang dimana isinya ditulis dengan tujuan untuk menjelaskan atau memberikan pengertian dengan gaya penulisan yang singkat, akurat, dan padat.
Karangan ini berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca. Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau statistik. Sebagai catatan, tidak jarang eksposisi ditemukan hanya berisi uraian tentang langkah/cara/proses kerja. Eksposisi demikian lazim disebut paparan proses.
Langkah menyusun eksposisi:
• Menentukan topik/tema
• Menetapkan tujuan
• Mengumpulkan data dari berbagai sumber
• Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
• Mengembangkan kerangka menjadi karangan eksposisi.


BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Pengertian Logika :
Logika adalah cabang filsafat yang membahas tentang asas-asas, aturan-aturan, dan prosedur dalam mencapai pengetahuan yang benar, yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional. secara terminologis logika didefinisikan : Teori tentang penyimpulan yang sah. Penyimpulan pada dasarnya bertitik tolak dari suatu pangkal-pikir tertentu, yang kemudian ditarik suatu kesimpulan. Penyimpulan yang sah, artinya sesuai dengan pertimbangan akal dan runtut sehingga dapat dilacak kembali yang sekaligus juga benar, yang berarti dituntut kebenaran bentuk sesuai dengan isi.
Pengertian Deduksi :
Deduksi adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus
Pengertian Induksi  :
Induksi adalah ilmu eksakta mengumpulkan data – data dalam jumlah tertentu, dan atas dasar itu menyusun suatu ucapan umum. Metode berpikir induktif dimana cara berpikir dilakukan dengan cara menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual.
Hubungan logika dan Deduktif sering disebut juga Logika Deduktif atau penalaran deduktif. Penalaran Deduktif adalah penalaran yang membangun atau mengevaluasi argumen deduktif. Argumen dinyatakan deduktif dan valid hanya jika kebenaran dari kesimpulan ditarik atau merupakan konsekunsi logis dari premis – premisnya.
Hubungan Logika dan Induktif ini sering disebut juga Logika Induktif atau penalaran induktif. Penalaran induktif adalah penalaran yang berangkat dari serangkaian fakta-fakta khusus untuk mencapai kesimpulan umum. Dimulai dengan mengemukakan pernyataan – pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas sebagai argumentasi dan kemudian diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum
Perbedaan antara berpikir induktif dan berpikir deduktif; berpikir induktif adalah menarik pernyataan yang didasarkan pada hasil-hasil pengamatan, sedangkan berpikir deduktif adalah penarikan pernyataan yang didasarkan pada hukum dan teori.

DAFTAR PUSTAKA

Muslih, Mohammad. 2008. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Belukar
Soetriono. 2007. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Andi



Nama   : Kartika Meylani
Kelas   : 3EB21
NPM   : 24212031

Kamis, 02 Oktober 2014

tugas softskill 1 bahasa indonesia

PARAGRAF INDUKTIF

Paragraf Induktif adalah paragraf yang diawali dengan kalimat yang berisi penjelasan- penjelasan kemudian diakhiri dengan kalimat utama.

Contoh Paragraf Induktif :
Banyak pedagang kaki lima yang entah bagaimana awalnya, seperti mengelompokkan diri hanya dengan menjual jenis barang tertentu di sebuah trotoar tertentu. Selanjutnya, tampillah trotoar tersebut sebagai etalase khusus. Bahkan, banyak barang khas trotoar terkenal di Jakarta yang tidak bisa dijumpai di toko-toko resmi. Dari suasana tersebut ternyata banyak trotoar yang akhirnya menjadi terkenal karena penampilanya yang khas.

Paragraf Induktif sendiri dibagi menjadi 3 yaitu :

1. GENERALISASI
generalisasi adalah suatu pola pengembangan paragraf yang bertolak dari sejumlah fakta khusus yang memiliki kemiripan menuju sebuah kesimpulan. Kesimpulan generalisasi didahului dengan penalaran generalisasi. Penalaran generalisasi pun dapat digunakan untuk mengembangkan paragraf. caranya penulis lebih dulu menyajikan sejumlah peristiwa khusus dalam bentuk kalimat.Kemudian pada bagian akhir paragraf itu diakhiri dengan kalimat yang berisi generalisasi dari peristiwa khusus yang telah disebutkan pada bagian awal. Kalimat terakhir biasanya berisi gagasan utama paragraf.
Contoh:
          Untuk membuat sebuah software atau aplikasi yang berguna atau bermanfaat, diperlukan penelitian serta pengamatan mengenai aplikasi atau software yang akan dibuat. Selain itu agar tidak terjadi kesalahan dalam pembuatannya, ketelitian dan penggunaan logika merupakan factor utama. Jangan terlalu terburu-buru dalam membuat suatu aplikasi sehingga ketika program di jalankan kesalahan besar dapat dihindari dan aplikasi dapat digunakan. Jadi, untuk membuat suatu software atau aplikasi kita harus sabar dan teliti dalam membuatnya.
Merah          : hal-hal Khusus
Hijau  : Simpulan secara umum

2. ANALOGI
Analogi merupakan pola penyusunan paragraf berupa perbandingan dari dua hal yang mempunyai sifat sama. Pengembangan paragraf secara analogy ini didasarkan adanya anggapan bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi maka akan ada persamaan pula dalam hal yang lain.
Contoh:
          Perumus kebijakan sama halnya dengan burung Beo. Seekor hewan yang unik dan elit, yang apabila disuruh mengucapkan kalimat apa saja bias, tapi tidak mampu melakukan apa yang diucapkan, begitu dengan para perumus kebijakan yang nyeleweng, hanya dapat mengucap tanpa mampu berbuat.
Merah          : perbandingan antara dua hal yang berbeda, yang mendandung persamaan
Hijau  : penarikan kesimpulan

3. KAUSALITAS
Hubungan Kausal Hubungan kausal adalah pola penyusunan paragraf dengan menggunakan beberapa fakta yang mempunyai pola hubungan sebab-akibat.

Sebab-akibat, penalaran ini berawal dari peristiwa yang merupakan sebab, kemudian sampai pada kesimpulan sebagai akibatnya. Polanya A mengakibatkan B.
Contoh:
          Masyarakat lebih suka menggunakan kendaraan pribadi daripada kendaraan umum, sehingga jalanan pun semakin macet seiring bertambahnnya jumlah kendaraan.
Merah          : Sebab
Hijau           : Akibat

Akibat-sebab, dalam pola ini kita memulai dengan peristiwa yang menjadi akibat, peristiwa itu kita analisis untuk mencari penyebabnya.
Contoh         :
          Siti mendapatkan nilai yang tidak memuaskan pada ulangan fisikanya. Bagaimana tidak saat pelajaran fisika Siti sering tidur dan dirumah dia tidak pernah belajar fisika. Ditambah lagi dengan masalah pribadinya yang membuat dirinya depresi.
Merah          : Akibat
Hijau           : Sebab








PARAGRAF DEDUKTIF

Paragraf adalah bagian suatu karangan yang mengandung satu kalimat utama dan beberapa kalimat penjelas. Pengertian paragraf deduktif Paragraf deduktif adalah paragraf yang kalimat utamanya berada di awal paragraf, kemudian diikuti kalimat kalimat penjelas.

Contoh paragraf deduktif :
Pemuda warga desa Tenteram memutuskan melaksanakan jam belajar masyarakat dengan tertib. Sebelumnya, banyak anak sekolah yang dibiarkan di luar rumah, dan hanya duduk duduk di pinggir jalan pada saat jam jam belajar. Para pemuda mulai mendatangi orang tua dan memberi pengertian pentingnya belajar bagi anak anak mereka. Apabila warga menemukan anak-anak mereka sedang kumpul - kumpul di pinggir jalan pada saat jam belajar, mereka akan diperingatkan dan diajak untuk belajar bersama. Jam belajar masyarakat dimulai pukul18.00 sampai pukul 20.00. Kalimat utama dalam paragraf di atas adalah kalimat yang pertama  yaitu Pemuda warga desa tenteram memutuskan melaksanakan jam belajar masyarakat dengan tertib.


Pola pengembangan paragraph deduktif dibagi menjadi beberapa bagian antara lain :

1.       Silogisme

Pada silogisme terdapat dua premis (pernyataan) dan satu simpulan. Kedua premis itu adalah premis umum (mayor) dan khusus (minor).
Rumus Silogisme :
PU      : Semua A = B
PK      : C = A
S       : C = B
Contoh :
PU      : Semua siswa SMAN 1 Taman wajib mengikuti UAS.
                                      A                          B
PK      : Yunita adalah siswa SMAN 1 Taman.
               C                               A
S       : Yunita    wajiba mengikuti UAS.
               C                      B

2. Silogisme Negatif

Silogisme negatif adalah sebuah silohisme yang salah satu preminya bersifat negatif. Jika salah satu premisnya negatif, simpulannya juga negative. Dalam silogisme negatif biasanya digunakan kata ‘tidak’ atau ‘bukan’.
Contoh :
PU      : Warga kota Paris tidak boleh melanggar hukum.
                   A                                    B

PK      : Francois adalah seorang warga kota Paris.
                   C                                    A
S       : Francois tidak boleh melanggar hukum.
                   C                 B

3. Entimem

Entimem adalah silogisme yang diperpendek. Dari sebuah silogisme dapat dibuat entimemnya. Demikian pula sebaliknya, dari sebuah entimem dapat disusun silogisme.
Rumus :
C = B                     karena                   C = A
Contoh :
PU      : Semua tindakan kriminal adalah melanggar hukum.
                             A                                    B
PK      : Membunuh adalah tindakan criminal.
                   C                           A
K        : Membunuh adalah melangar hukum.
                   C                           B
Entimem :
Membunuh adalah melanggar hukum karena itu merupakan tindakan Kriminal.









 
     C                         B                                             A


Nama : Kartika Meilani
Kelas :2EB21
NPM : 24212031