Nama : Kartika Meylani
NPM : 24212031
Kelas : 2EB21
MENGAPA KOPERASI DI INDONESIA SULIT BERKEMBANG
Pendahuluan
Koperasi merupakan badan usaha bersama yang bertumpu pada prinsip ekonomi kerakyatan yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Berbagai kelebihan yang dimiliki oleh koperasi seperti efisiensi biaya serta dari peningkatan economies of scale jelas menjadikan koperasi sebagai sebuah bentuk badan usaha yang sangat prospekrif di Indonesia. Namun, sebuah fenomena yang cukup dilematis ketika ternyata koperasi dengan berbagai kelebihannya ternyata sangat sulit berkembang di Indonesia. Koperasi bagaikan mati suri dalam 15 tahun terakhir. Koperasi Indonesia yang berjalan di tempat atau justru malah mengalami kemunduran. Pasang-surut Koperasi di Indonesia dalam perkembangannya mengalami pasang dan surut. Saat ini pertanyaannya adalah “Mengapa Koperasi sulit berkembang?” Padahal, upaya pemerintah untuk memberdayakan Koperasi seolah tidak pernah habis. Bahkan, bisa dinilai, mungkin amat memanjakan. Berbagai paket program bantuan dari pemerintah seperti kredit program: KKop, Kredit Usaha Tani (KUT), pengalihan saham (satu persen) dari perusahaan besar ke Koperasi, skim program KUK dari bank dan Kredit Ketahanan Pangan (KKP) yang merupakan kredit komersial dari perbankan, Permodalan Nasional Madani (PNM), terus mengalir untuk memberdayakan gerakan ekonomi kerakyatan ini. Tak hanya bantuan program, ada institusi khusus yang menangani di luar Dekopin, yaitu Menteri Negara Urusan Koperasi dan PKM (Pengusaha Kecil Menengah), yang sebagai memacu gerakan ini untuk terus maju. Namun, kenyataannya, Koperasi masih saja melekat dengan stigma ekonomi marjinal, pelaku bisnis yang perlu “di kasihani”. http://purwakartakab.bps.go.id/index.php?option=com_content&view=article&catid=49:koperasi&id=99:sejarah-koperasi&Itemid=30 Isi PENYEBAB KOPERASI TIDAK BERKEMBANG Saat ini masalah yang masih di hadapi koperasi dan bisa menghambat perkembangan koperasi
Sabtu, 30 November 2013
tulisan 4 : keunggulan bisnis indonesia
Nama : Kartika Meylani
NPM : 24212031
Kelas :2EB21
KEUNGGULAN BISNIS DI INDONESIA
Keunggulan bisnis alam yang dapat menjadi peluang besar tetapi tidak dapat dikembangkan
NPM : 24212031
Kelas :2EB21
KEUNGGULAN BISNIS DI INDONESIA
Keunggulan bisnis alam yang dapat menjadi peluang besar tetapi tidak dapat dikembangkan
Jika saja, pemimpin di negeri ini bisa membaca tanda kemajuan tentu sebaiknya lakukan evaluasi secara nasional program apa yang tepat bisa jadi icon (kebanggaan) bangsa ini, untuk bisa merubah tata kehidupan masyarakat untuk menghapus kemiskinan dengan kehidupannya lebih sejahtera. Dinegara ini ada banyak potensi yang dapat dikembangkan menjadi peluang besar sebagai sumber kesejahteraan rakyat. Potensi-potensi itu bidang pertanian dan bidang kelautan. Sebab baik secara tradisional dan modern, nenek moyang bangsa kita adalah petani dan nelayan bahkan peternak yang handal. Tentu jika kita ingin bidang ini semakin maju, bisa ditopang secara tehnologi canggih. Disamping kita juga bisa kembangkan industri, yang tidak hanya terpusat di Pulau Jawa, tetapi dapat dikembangkan semua daerah yang perlu seperti Kalimantan, Sulawesi, Papua. Negara kita yang memiliki potensi alam yang kaya dengan luas areal pertanian dan perkebunan terbesar, negara yang memiliki potensi hasil laut dengan panjang pantai terpanjang di Asean, punya potensi pengembangan peternakan yang cukup luas. Bahkan memiliki potensi tambang terbesar didunia. Tapi sepertinya potensi negeri ini tidak memegang peranan penting guna bisa sejahterakan rakyat. Bahkan masih banyak rakyat miskin. Sebenarnya dimana yang salah, apakah salah mengelola atau memang kita tidak memiliki niat untuk jadi negara besar dibidang ekonomi, memanfaatkan potensi alam. Kita lihat saja, kita memiliki luas lahan pertanian yang besar tapi kok kita masih juga import beras, demikian juga kita meliki potensi laut, ikan Tuna yang mahal didunia, ikan cakalang dan sebagainya, yang bisa menghasilkan devisa negara triliun rupiah. Namun sepertinya belum terkelola dengan baik. Juga kita memiliki potensi pengembangan ternak, tapi entah mengapa kita lebih terpengaruh melakukan import daging sapi meskipun harga daging Sapi mahal . Saat ini kita lihat harga cabe rawit dan harga bawang merah, harganya melambung jauh dan cukup mahal melebihi harga komoditi cengkeh. Tapi kita memang lebih suka bicara barang kita harus import ketimpang mengupayakan potensi yang ada untuk dikembangkan. Jangankan itu tenaga kerja yang ada dinegara kita lebih cenderung pergi bekerja kenegara lain dengan berbagai resiko ketimpang bekerja di negeri ini. Seharusnya semua hal semacam ini jadi
tugas 4 : keunggulan kompentitif
Nama :
Kartika Meylani
NPM :
24212031
Kelas :
2EB21
I.
PENDAHULUAN
Persaingan untuk mendapatkan
pekerjaan sekarang ini sangatlah ketat diakibatkan banyaknya orang yang melamar
pekerjaan ataupun sedikitnya daya tampung pekerja. adalah salah satu
perguruan tinggi yang ada di Sumatera Utara yang meluluskan mahasiswa lebih
kurang empat ribu orang setiap tahunnya. Sudah tentu lulusan tersebut akan
bekerja dan akan bersaing dengan lulusan itu sendiri ataupun lulusan
perguruan tinggi lainnya. Dengan demikian mahasiswa harus mempersiapkan
dirinya untuk bersaing sebelum dan setelah dinyatakan lulus dalam mendapatkan
pekerjaan yang lebih baik.
Mengembangkan hard
skill adalah jawaban utama didalam keberhasilan untuk mendapatkan pekerjaan
tersebut. Namun demikian tidaklah cukup hanya kemampuan hard skill saja,
tetapi harus diimbangi dengan kemampuan soft skill dalam menghadapi
berbagai tantangan saat melakukan pekerjaan tersebut. Menurut Admin dunia kerja
percaya bahwa sumber daya manusia yang unggul adalah mereka yang tidak hanya
memiliki kemahiran hard skill saja, tetapi juga piawai dalam aspek soft
skillnya. Ditambahkan juga, bahwa dunia pendidikanpun mengungkapkan dengan
berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat ternyata
kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan
kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan
mengelola diri dan orang lain (soft skill).
Dari penjelasan di atas,
dapat kita lihat bahwa pentingnya hard skill dan soft skill bagi
setiap orang yang ingin mendapatkan ataupun saat melakukan pekerjaan. Dengan
demikian dituntut bahwa setiap mahasiswa harus meningkatkan hard skill
dan soft skillnya dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja pada
masa studinya. Hal ini sejalan dengan Strategi Pendidikan Tinggi Jangka Panjang
2003 – 2010 (Dirjen Dikti, 2004) yang dirumuskan oleh Depdiknas secara jelas
menyebutkan bahwa peran pendidikan tinggi dalam peningkatan daya saing bangsa
sangat vital mengingat tingkat persaingan sumber daya manusia (SDM) di pasar
kerja nasional maupun internasional terus meningkat seiring dengan peningkatan
pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi baru pada berbagai bidang dunia
usaha, serta kebutuhan tingkat profesionalisme (knowledge, hard
skill, soft skill) yang semakin tinggi.
http://hardinan.blogspot.com/2012/02/pentingnya-hard-skill-dan-soft-skill.html
II. ISI
A.
SOFT
SKILL
Soft skills adalah seperangkat kemampuan yang
mempengaruhi bagaimana kita berinteraksi dengan orang lain. Soft skills memuat
komunikasi efektif, berpikir kreatif dan kritis, membangun tim, serta kemampuan
lainnya yang terkait kapasitas kepribadian individu. Tujuan dari pelatihan soft
skills adalah memberikan kesempatan kepada individu untuk untuk mempelajari
perilaku baru dan meningkatkan hubungan antar pribadi dengan orang lain. Soft
skills memiliki banyak manfaat, misalnya pengembangan karir serta etika
profesional. Dari sisi organisasional, soft skills memberikan dampak terhadap
kualitas manajemen secara total, efektivitas institusional dan sinergi inovasi.
Esensi soft skills adalah kesempatan. Lulusan memerlukan soft skills untuk
membuka dan memanfaatkan kesempatan.
Sukses di dalam sebuah pekerjaan tidak hanya
bergantung kepada rasio dan logika individu tetapi juga kapasitas
kemanusiannya. Kemampuan yang dimiliki manusia dapat diibaratkan sebagai Gunung
Es (Ice Berg). Yang nampak di luar permukaan air ialah kemampuan Hard Skill/
Technical Skill, sedangkan kemampuan yang berada di bawah permukaan air dan
memiliki porsi yang paling besar ialah kemampuan Soft Skill. Soft skill
merupakan kemampuan yang tidak tampak dan seringkali berhubungan dengan emosi
manusia.
Banyak ditemukan hasil penelitian yang
menunjukkan kesuksesan individu dalam bekerja dipengaruhi oleh karakteristik
kepribadian individu. Penelitian kemudian mengarah pada pertanyaan
karakteristik kepribadian seperti apakah yang mendukung kesuksesan dalam
bekerja. Dari banyak teori kepribadian, teori kepribadian lima faktor (five
factors personality) banyak dipakai untuk meninjau kesuksesan dalam bekerja.
Lima faktor kepribadian tersebut merupakan gambaran mengenai karakteristik khas
individu yang unik dan relatif stabil. Lima faktor tersebut antara lain :
1. Ketahanan Pribadi (conscientiousness).
Ketahanan pribadi ini ditunjukkan dengan karakter gigih, sistematis, pantang
menyerah, motivasi tinggi dan tahan terhadap beban pekerjaan.
2. Ekstraversi (extraversion). Tipe kepribadian
ini ditandai dengan keterampilan membina hubungan dan komunikasi yang efektif,
pandai bergaul, bekerja sama, aktif, mengutamakan kerjasama, atraktif dan
asertif (terbuka).
3. Keramahan (agreableness). Tipe ini ditandai
dengan sikap ramah, rendah hati, tidak mau menunjukkan kelebihannya, mudah simpati,
hangat, dapat dipercaya dan sopan.
4. Emosi Stabil (emotion stability). Tipe ini
ditandai dengan sikap yang tenang, tidak mudah cemas dan tertekan, mudah
menerima, tidak mudah marah dan percaya diri.
5. Keterbukan terhadap pengalaman (openess). Individu
dengan tipe ini memiliki daya pikir yang imajinatif, menyukai tantangan, anti
kemapanan, kreatif, kritis dan memiliki rasa ingin tahu yang besar.
Soft skills memiliki banyak variasi yang di
dalamnya termuat elemen-elemen. Berikut ini akan dijelaskan beberapa jenis soft
skills yang terkait dengan kesuksesan dalam dunia kerja berdasarkan dari
hasil-hasil penelitian.
1.Kecerdasan Emosi. Melalui penelitian yang
intensif Goleman (1998) menemukan bahwa kesuksesan seseorang tidak hanya
didukung oleh seberapa smart seseorang dalam menerapkan pengetahuan dan
mendemonstrasikan keterampilannya, akan tetapi seberapa besar seseorang mampu
mengelola dirinya dan interaksi dengan orang lain. Keterampilan tersebut
dinamakan dengan kecerdasan emosi. Terminologi kecerdasan Emosi diperkenalkan
pertama kali oleh Salovey dan Mayer untuk menyatakan kualitas-kualitas
seseorang, seperti kemampuan memahami perasaan orang lain, empati, dan
pengaturan emosi untuk meningkatkan kualitas hidup (Gibbs, 1995). Kecerdasan
emosi juga meliputi sejumlah keterampilan yang berhubungan dengan keakuratan
penilaian tentang emosi diri sendiri dan orang lain; dan kemampuan mengelola
perasaan untuk memotivasi, merencanakan, dan meraih tujuan hidup.
2. Gaya Hidup Sehat. Marchand dkk (2005)
menemukan bahwa uang jutaan dolar terbuang oleh institusi dan masyarakat karena
faktor minimnya produktivitas, pelayanan kesehatan, kecelakaan kerja dan
pegawai yang absen dalam bekerja. Pendukung utama dari sekian indikator
tersebut adalah gaya hidup individu yang tidak sehat. University of Central
Florida memasukkan tema gaya hidup sehat ini sebagai target pengembangan soft
skills bagi mahasiswa mereka. Topik yang diangkat dalam pengembangannya memuat
nutrisi, manajemen stres, pengelolaan waktu, cultural diversity, dan
penyalahgunaan obat terlarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya hidup
yang sehat mempengaruhi tingginya ketahanan, fleksibiltas dan konsep diri yang
sehat yang mempengaruhi tingginya partisipasi dalam komunitas.
3. Komunikasi Efektif. Cangelosi dan Petersen
(1998) menemukan bahwa banyak kegagalan siswa di sekolah, masyarakat dan tempat
kerja diakibatkan rendahnya keterampilan dalam berkomunikasi. Selain
keterampilan komunikasi berperan secara langsung, peranan tidak langsung juga
ditemukan. Secara tidak langsung keterampilan komunikasi mempengaruhi tingkat
kepercayaan diri dan dukungan sosial yang kemudian dilanjutkan pengaruhnya ke
kesuksesan. Soft skills memuat banyak jenis dan variasi. Institusi perlu
menetapkan terlebih dahulu jenis soft skills yang dikembangkan. Eksplorasi
hasil penelitian dan masukan dari alumni atau pakar dapat dipakai sebagai
pertimbangan untuk memilih soft skills mana yang akan ditingkatkan.
http://azizturn.wordpress.com/2010/02/23/soft-skills-bagi-mahasiswa/
Mahasiswa
- mahasiswa saat ini hendaknya mempunyai kemampuan antara lain:
a. Profesional.
b. Daya saing yang tinggi
c. Adaptif
d. Berkompetisi
e. Soft skills
f. Soft knowledge
g. Mampu mencitakan lapangan kerja
h. Mampu bekerja sama
i. Memiliki Life
Skills
j. Mampu memanfaatkan teknologi
k. Berwawasan kewirausahaan.
http://raisadwisp.blogspot.com/
B.
HARD SKILL
Proses pembelajaran di
perguruan tinggi lebih menitik beratkan pada aspek kognitif. Hal ini dapat
dilihat pada prestasi mahasiswa yang ditunjukkan oleh indeks prestasi (IP).
Indeks prestasi dibuat berdasarkan hasil penilaian dari evaluasi dosen terhadap
mahasiswa dalam proses pembelajaran. Kemampuan mahasiswa yang ditunjukkan
berdasarkan indeks prestasi seperti inilah yang sering disebut sebagai kemampuan
hard skill.
Menurut Bahrumsyah
(2010) hard skill merupakan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan
keterampilan teknis yang berhubungan dengan bidang ilmunya. Menurut Syawal
(2010) hard skill yaitu lebih beriorentasi mengembangkan intelligence
quotient (IQ). Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hard
skill merupakan kemampuan untuk menguasai ilmu pengatahuan teknologi dan
keterampilan teknis dalam mengembangkan intelligence quotient yang
berhubungan dengan bidangnya.
C.
PERANAN HARD SKILL DAN SOFT
SKILL
Hard
skill sangatlah penting untuk dikembangkan, karena kemampuan
seseorang untuk melakukan sebuah pekerjaan dengan baik dan benar adalah
tergantung bagaimana hard skill yang dia miliki. Tidak mungkin seseorang
bisa membuat sebuah alat yang berguna jika dia tidak mengetahui cara pembuatan,
tujuan, dan kegunaannya alat tersebut. ataupun tidak mungkin seseorang mampu
memperbaiki sesuatu jika dia tidak tuhu apa yang dia perbaiki.
Sebelum melamar sebuah
pekerjaanpun seharusnya lulusan perrguruan tinggi (mahasiswa) harus
memperhatikan pekerjaan yang akan diterimanya dengan kemampuannya.
Membandingkan kemampuan dengan pekerjaan yang akan dikerjakan adalah hal yang
baik. Untuk itu mahasiswa perlu mempersiapkan dirinya dengan mengembangkan hard
skill sebagai dasar untuk melamar pekerjaan dan diimbangi dengan soft
skill sebagai landasan untuk melakukan pekerjaan. Karena hampir semua
perusahaan dewasa ini mensyaratkan adanya kombinasi yang sesuai antara hard
skill dan soft skill, apapun posisi karyawannya. Bagi perekrutan
karyawan bagi perusahaan pendekatan hard skill saja kini sudah
ditinggalkan. Percuma jika hard skill baik, tetapi soft skillnya
buruk. Hal ini bisa dilihat pada iklan-iklan lowongan kerja berbagai perusahaan
yang juga mensyaratkan kemampuan soft skill, seperi team work,
kemampuan komunikasi, dan interpersonal relationship, dalam job
requirementnya. Perusahaan cenderung memilih calon yang memiliki
kepribadian lebih baik meskipun hard skillnya lebih rendah. Alasannya
adalah memberikan pelatihan ketrampilan jauh lebih mudah daripada pembentukan
karakter Hal tersebut menunjukkan bahwa hard skill merupakan faktor
penting dalam bekerja, namun keberhasilan seseorang dalam bekerja biasanya
lebih ditentukan oleh soft skillnya yang baik.
Dunia kerja saat ini
membutuhkan sumber daya yang terampil, sebagai seorang mahasiswa dituntut
untuk mempunyai keahlian hard skill yang tinggi, Hard skill
merupakan keahlian bagaimana nilai akhir kuliah mahasiswa/nilai akademis (IPK)
mahasiswa ini sebagai persyaratan untuk memenuhi admnistrasi dalam melamar pada
suatu perusahaan, selain harus memiliki IPK yang tinggi di era persaingan yang
ketat ini juga kita dituntut memiliki soft skill yaitu ketrampilan
seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (interpersonal skill) ketrampilan
dalam mengatur dirinya sendiri (intrapersonal skill),
Baik hard skills maupun soft skills merupakan prasyarat
kesuksesan seorang sarjana dalam menempuh kehidupan setelah selesai
pendidikannya. Seperti yang dijelaskan di atas bahwa hard skills ditekankan
pada aspek kognitif dan keahlian khusus menurut disiplin keilmuan tertentu,
sedangkan softskills merupakan perilaku personal dan interpersonal
skill yang diperlukan untuk mengembangkan dan mengoptimalkan kinerja
seorang manusia. Menurut Pumphrey dan Slatter (2002) dalam artikel Teguhwijaya
menengarai bahwa soft skill memiliki karakteristik sebagai berikut:
Bersifat
generik, dalam arti digunakan dalam berbagai penyelesaian tugas yang berbeda.
Dapat
ditransfer dan diterapkan dalam berbagai aktivitas pelaksanaan tugas, disebut
juga sebagai keterampilan hidup (life skills).
Merupakan
keterampilan atau atribut yang terdapat dalam aktivitas seperti pemecahan
masalah, komunikasi, pemanfaatan teknologi, dan bekerja dalam kelompok.
Dapat
dipromosikan sebagai keterampilan yang memberi kontribusi dalam ‘pembelajaran
seumur hidup’ (‘life long learning’).
Dapat
dimiliki dan digunakan oleh pengusaha dan organisasi pemerintah.
Dapat
ditransfer dalam berbagai konteks yang berbeda oleh orang-orang yang memiliki
latar belakang disiplin ilmu, profesi dan jabatan yang berbeda-beda.
III. PENUTUP
Upaya pemerintah untuk
mengembangkan hard skill dan soft skill dalam dunia pendidikan
sangatlah baik dan harus didukung. Selain pemerintah, perguruan tinggi seperti
juga menjalankan proses penerapan kurikulumnya dan berupaya keras
memberikan yang terbaik bagi mahasiswanya. Sagatlah disayangkan jika hal ini
disia-siakan.
Mahasiswa adalah
mahasiswa yang mayoritas keahliannya di bidang pendidikan/keguruan. Dengan kata
lain lulusan mahasiswa akan berprofesi sebagai guru/tenaga pendidik.
Tenaga pendidik seharusnya mengerti arti dari pendidik sehingga sangat
berpengaruh untuk kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik dengan
memiliki kemampun untuk menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan keterampilan
serta bermoral dan beretika.
Dengan demikian,
sudah seharusnya mahasiswa menyadari betapa pentingnya hard skill
dan soft skill untuk kehidupan yang lebih baik. Jika ini disadari oleh
setiap mahasiswa maka lulusan akan lebih baik, dengan sendirinya
mahasiswa akan mejadi mahasiswa yang unggul dan berkarakter.
http://hardinan.blogspot.com/2012/02/pentingnya-hard-skill-dan-soft-skill.html
tugas 3 : lulusan
Nama :
Kartika Meylani
NPM :
24212031
Kelas : 2EB21
LULUSAN
MANAJEMEN ? (KOMPETENSI YANG HARUS DIMILIKI MAHASISWA MANAJEMEN DALAM BERSAING
DI DUNIA KERJA )
Salah satu permasalahan klasik
yang sering terdengar adalah keluhan bahwa lulusan manajemen sangat sulit dalam
mencari kerja. Pertanyaan yang muncul “apakah ada yang salah dengan dunia
kerja atau ada kesalahan mengenai kompetensi lulusan jurusan manajemen ?”.
Dalam kajian yang dilakukan
oleh departemen Penelitian & Pengembangan dapat disimpulkan beberapa hal
yang harus dimiliki oleh mahasiswa jurusan manajemen.
Berbicara tentang kompetensi yang harus dimiliki mahasiswa manajemen dalam persaingan dunia kerja, maka kita berbicara tentang kompetensi apa yang akan membedakan mahasiswa manajemen dengan mahasiswa jurusan lainya terutama dalam dunia kerja. Dari hasil kajian yang kami lakukan dapat diketahui baha lulusan jurusan manajemen diperlukan di semua perusahaan. Hal ini dikarenakan selama kuliah, mahasiswa jurusan manajemen menerima hard skill mengenai pengelolaan sebuah organisasi/ perusahaan dari berbagai sisi di antaranya keuangan, pemasaran, operasional , sumber daya manusia, dan sebagainya.
Berbicara tentang kompetensi yang harus dimiliki mahasiswa manajemen dalam persaingan dunia kerja, maka kita berbicara tentang kompetensi apa yang akan membedakan mahasiswa manajemen dengan mahasiswa jurusan lainya terutama dalam dunia kerja. Dari hasil kajian yang kami lakukan dapat diketahui baha lulusan jurusan manajemen diperlukan di semua perusahaan. Hal ini dikarenakan selama kuliah, mahasiswa jurusan manajemen menerima hard skill mengenai pengelolaan sebuah organisasi/ perusahaan dari berbagai sisi di antaranya keuangan, pemasaran, operasional , sumber daya manusia, dan sebagainya.
Secara empiris, kita dapat
memberi contoh bahwa ketika mahasiswa belajar mengenai optimalisasi produksi
perusahaan berdasarkan perhitungan derivatif matematika. Hal ini berarti
manajemen pun memiliki ilmu yang teoritis dan dapat menyelesaikan masalah yang
pasti. Kami memiliki pertanyaan retorik yang dapat kami kemukakan yaitu
“perusahaan mana yang tidak memiliki sisi operasi?”. Mahasiswa manajemen lah
yang memiliki kunci akan kesuksesan manajemen perusahaan tersebut karena
mahasiswa manajemen memang berkonsentrasi dalam hal pencapaian suatu tujuan
yang dilakukan secara bersama-sama.
Kemudian, lulusan manajemen pun
idealnya dapat berpikir secara rasional untuk menyelesaikan berbagai masalah
dan membuat keputusan berdasarkan analisisnya karena sejak kuliah, mahasiswa
diajarkan untuk berpikir mengenai kasus yang dinamis sehingga lulusan manajemen
memiliki pengetahuan yang luas mengenai pemecahan masalah. Salah seorang dosen
pernah mengatakan bahwa “Tidak ada satu jawaban yang dapat menyelesaikan semua
masalah manajemen”. Kalimat ini digunakan untuk menjawab sebuah pertanyaan dari
mahasiswa mengenai mana yang lebih baik antara perusahaan yang memiliki banyak
utang atau sedikit utang. Jawaban tersebut menyadarkan mahasiswa bahwa memang
selalu ada jawaban yang berbeda atas pertanyaan yang sama tetapi memiliki
kondisi dan syarat yang berbeda. Jadi mahasiswa manajemen terus dilatih untuk
berpikir kritis dan rasional serta memiliki kapabilitas untuk memecahkan
masalah serta membuat keputusan.
Selain berbicara mengenai
kemampuan hard skill hal yang juga sangat penting dimiliki mahasiswa manajemen
adalah kemampuan soft skill. Berdasar hasil survey Nasional Assosiation of
Colleges and Employers USA (2002) terhadap 457 pimpinan perusahaan menyatakan
bahwa Indeks Kumulatif Prestasi (IPK) bukanlah hal yang dianggap penting dalam
dunia kerja. Yang jauh lebih penting adalah sotfskill antara lain kemampuan
komunikasi, kejujuran, kerjasama, motivasi, kemampuan beradaptasi dan kemampuan
interpersonal dengan orientasi nilai pada kinerja yang efektif. Dalam hal ini
ada kecenderungan bahwa apa yang diberikan di bangku kuliah tidak sepenuhnya
sesuai dengan kebutuhan di lapangan kerja. Dan gap itu adalah softskill.
Kemampuan nonteknis yang tidak terlihat wujudnya (intangible) namun sangat
diperlukan itulah prinsipnya yang disebut dengan softskill.
Soft Skill adalah keterampilan
seseorang dalam berhubungan dengan orang lain dan keterampilan dalam mengatur
dirinya sendiri yang mampu mengembangkan unjuk kerja secara maksimal. Soft
Skill sendiri dibagi menjadi dua aspek yaitu teknis dan non teknis. Aspek
teknis berhubungan dengan latar belakang keahlian atau kebutuhan yang
diperlukan di dunia kerja sedangkan aspek non teknis mencakup motivasi,
adaptasi komunikasi, kerjasama, problem solving, manajemen stress dan
kepemimpinan. Dengan memiliki dua kompetensi yaitu hard skill dan soft skill,
Mahasiswa Manajemen akan dapat bersaing di dunia kerja bahkan dapat dengan mudah
dalam mendapatkan pekerjaan.
http://hmjmfeb.ub.ac.id/lulusan-manajemen-kompetensi-yang-harus-dimiliki-mahasiswa-manajemen-dalam-bersaing-di-dunia-kerja/
Pentingnya Soft Skill Bagi Mahasiswa
Persaingan
untuk mendapatkan pekerjaan sekarang ini sangatlah
ketat diakibatkan banyaknya orang yang melamar pekerjaan ataupun sedikitnya
daya tampung pekerja. adalah salah satu perguruan tinggi yang ada di
Sumatera Utara yang meluluskan mahasiswa lebih kurang empat ribu orang setiap
tahunnya. Sudah tentu lulusan tersebut akan bekerja dan akan bersaing dengan
lulusan itu sendiri ataupun lulusan perguruan tinggi lainnya. Dengan
demikian mahasiswa harus mempersiapkan dirinya untuk bersaing sebelum dan
setelah dinyatakan lulus dalam mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.
Mengembangkan
hard skill adalah jawaban utama didalam keberhasilan untuk mendapatkan pekerjaan
tersebut. Namun demikian tidaklah cukup hanya kemampuan hard skill saja, tetapi
harus diimbangi dengan kemampuan soft skill dalam
menghadapi berbagai tantangan saat melakukan pekerjaan tersebut. Menurut Admin
dunia kerja percaya bahwa sumber daya manusia yang unggul adalah mereka yang
tidak hanya memiliki kemahiran hard skill saja, tetapi juga piawai dalam aspek
soft skillnya. Ditambahkan juga, bahwa dunia pendidikanpun mengungkapkan dengan
berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat ternyata
kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan
kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri
dan orang lain (soft skill).
Hard Skill
Proses
pembelajaran di perguruan tinggi lebih menitik
beratkan pada aspek kognitif. Hal ini dapat dilihat pada prestasi mahasiswa
yang ditunjukkan oleh indeks prestasi (IP). Indeks prestasi dibuat berdasarkan
hasil penilaian dari evaluasi dosen terhadap
mahasiswa dalam proses pembelajaran. Kemampuan mahasiswa yang ditunjukkan
berdasarkan indeks prestasi seperti inilah yang sering disebut sebagai
kemampuan hard skill.
Pengertian
soft skill didefenisikan sebagai keterampilan lunak (soft) yang digunakan dalam
berhubungan dan bekerjasama dengan orang lain, atau dikatakan sebagai interpersonal skills. Menurut Bahrumsyah soft skill
merupakan keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain
(interpersonal skills) dan keterampilan mengatur dirinya sendiri (intrapersonal
skills) yang mempu mengembangkan untuk kerja secara maksimal. Dari kedua
pendapat tersebut diatas, ada kesamaan pendapat tentang pengertian soft skill
yaitu interpersonal skill hanya saja pada pendapat Bahrumsyah ditambahkan
intrapersonal skills yaitu keterampilan mengatur dirinya sendiri.
Hard
skill sangatlah penting untuk dikembangkan, karena kemampuan seseorang untuk
melakukan sebuah pekerjaan dengan baik dan benar adalah tergantung bagaimana
hard skill yang dia miliki. Tidak mungkin seseorang bisa membuat sebuah alat
yang berguna jika dia tidak mengetahui cara
pembuatan, tujuan, dan kegunaannya alat tersebut. ataupun tidak mungkin
seseorang mampu memperbaiki sesuatu jika dia tidak tuhu apa yang dia perbaiki.
Sebelum
melamar sebuah pekerjaanpun seharusnya lulusan perrguruan tinggi (mahasiswa)
harus memperhatikan pekerjaan yang akan diterimanya dengan kemampuannya.
Membandingkan kemampuan dengan pekerjaan yang akan dikerjakan adalah hal yang
baik. Untuk itu mahasiswa perlu mempersiapkan dirinya dengan mengembangkan hard
skill sebagai dasar untuk melamar pekerjaan dan diimbangi dengan soft skill
sebagai landasan untuk melakukan pekerjaan. Karena hampir semua perusahaan
dewasa ini mensyaratkan adanya kombinasi yang sesuai antara
hard skill dan soft skill, apapun posisi karyawannya. Bagi perekrutan karyawan
bagi perusahaan pendekatan hard skill saja kini sudah ditinggalkan. Percuma
jika hard skill baik, tetapi soft skillnya buruk. Hal ini bisa dilihat pada
iklan-iklan lowongan kerja berbagai perusahaan yang juga mensyaratkan kemampuan
soft skill, seperi team work, kemampuan komunikasi, dan interpersonal
relationship, dalam job requirementnya. Perusahaan cenderung memilih calon yang
memiliki kepribadian lebih baik meskipun hard skillnya lebih rendah. Alasannya
adalah memberikan pelatihan ketrampilan jauh lebih mudah daripada pembentukan
karakter Hal tersebut menunjukkan bahwa hard skill merupakan faktor penting
dalam bekerja, namun keberhasilan seseorang dalam bekerja biasanya lebih
ditentukan oleh soft skillnya yang baik.
Dunia
kerja saat ini membutuhkan sumber daya yang terampil, sebagai seorang
mahasiswa dituntut untuk mempunyai keahlian hard skill yang tinggi, Hard skill
merupakan keahlian bagaimana nilai akhir kuliah mahasiswa/nilai akademis (IPK)
mahasiswa ini sebagai persyaratan untuk memenuhi admnistrasi dalam melamar pada
suatu perusahaan, selain harus memiliki IPK yang tinggi di era persaingan yang
ketat ini juga kita dituntut memiliki soft skill yaitu ketrampilan seseorang
dalam berhubungan dengan orang lain (interpersonal skill) ketrampilan dalam
mengatur dirinya sendiri (intrapersonal skill), Baik hard skills maupun soft
skills merupakan prasyarat kesuksesan seorang sarjana dalam menempuh kehidupan
setelah selesai pendidikannya. Seperti yang dijelaskan di atas bahwa hard
skills ditekankan pada aspek kognitif dan keahlian khusus menurut disiplin
keilmuan tertentu, sedangkan softskills merupakan perilaku personal dan
interpersonal skill yang diperlukan untuk mengembangkan dan mengoptimalkan
kinerja seorang manusia.
Di
dalam persaingan seperti sekarang, kebutuhan akan tenaga kerja yang memiliki
profesionalisme dan manajerial skill yang berbasis kemampuan sudah merupakan
tuntutan. Terlebih di dunia kerja sekarang banyak dipengaruhi perubahan pasar,
ekonomi dan teknologi. Tenaga kerja yang memiliki kecerdasan emosional
(Emotional Quatient) sangat mendukung pemenuhan kebutuhan tersebut disamping
kecerdasan intelektual. Berdasar hasil survey Nasional Assosiation of Colleges
and Employers USA (2002) terhadap 457 pimpinan perusahaan menyatakan bahwa
Indeks Kumulatif Prestasi (IPK) bukanlah hal yang dianggap penting dalam dunia
kerja. Yang jauh lebih penting adalah sotfskill antara lain kemampuan
komunikasi, kejujuran, kerjasama, motivasi, kemampuan beradaptasi dan kemampuan
interpersonal dengan orientasi nilai pada kinerja yang efektif.
Keterampilan
sangat mempengaruhi tingkat kesuksesan seseorang. Dengan keterampilan yang ada seseorang dapat menciptakan kehidupan yang lebih baik
untuk dirinya maupun lingkungan sekitarnya. Secara umum, keterampilan manusia
dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu keterampilan teknis (hard skill) dan
keterampilan mengelola diri dan orang lain (soft skill).
INTRAPERSONAL SKILL,
contohnya :
• Transforming
Character ( transformasi karakter )
• Transforming Beliefs (
transformasi keyakinan )
• Change management (
manajemen perubahan )
• Stress management (
stress manajemen )
• Time management ( manajemen
waktu )
• Creative thinking processes
( proses berpikir kreatif )
• Goal setting & life
purpose ( penetapan tujuan dan tujuan hidup )
• Accelerated learning
techniques ( belajar teknik dipercepat )
• Communication skills (
ketrampilan komunikasi )
• Relationship building (
membangun hubungan )
• Motivation skills (
ketrampilan motivasi )
• Leadership skills (
ketrampilan kepemimpinan )
• Self-marketing skills (
ketrampilan pemasaran diri )
• Negotiation skills (
ketrampilan negosiasi )
• Presentation skills (
ketrampilan presentasi )
• Public speaking skills (
ketrampilan berbicara di depan umum )
Cara meningkatkat softskill ,
yaitu :
• Learning by doing. Soft
skill bisa diasah dan ditingkatkan seiring dengan pengalaman dalam dunia
kerja/berorganisasi.
• Berinteraksi dan melakukan
aktivitas dengan orang lain.
• Mengikuti
pelatihan-pelatihan / seminar tentang manajemen.
http://ruslanjuliana.blogspot.com/2013/06/pentingnya-soft-skill-bagi-mahasiswa.html
Rabu, 23 Oktober 2013
TUGAS2 SOFTSKILL
KOPERASI
YANG ADA DI SEKITAR KITA
Koperasi
Simpan-Pinjam di RT 03 RW 037
Struktur
Organisasi
Ketua
Ibu Sri
Hastuti
Bendahara
Ibu Cici
Sekertaris
Ibu
Ningsih
Anggota
Terdiri
dari 40 orang
Sejarah Koperasi Simpan-Pinjam RT 03
/ RW 37
Koperasi
Simpan-Pinjam RT 03 / RW 37 ini didirikan pada tahun 2008 sampai sekarang masih
berjalan, yang telah diresmikan oleh ketua RT bapak Bambang S.E. Koperasi ini
bertujuan untuk meringankan serta membantu warga RT 03 dalam memenuhi kebutuhan
warganya.
Pada
awal tahun 2008, dana simpan wajib perBulan sebesar Rp 5.000,- semakin tahun
semakin meningkat baik anggota koperasinya maupun dananya hingga tahun 2013 ini
dana simpan wajib perBulan sebesar Rp.10.000, Dengan berjalannya jangka waktu
yang lama, lama-kelamaan simpan wajib itu akhirnya dana tersebut dapat
dipinjamkan kepada anggota koperasi yang membutuhkan.
Cara kinerja Koperasi Simpan-Pinjam
RT 03 / RW 37
Pada
akhir tahun (Desember) 2008 anggota koperasi bisa meminjam uang hanya
Rp.500.00,- /Tahun, dengan uang jasa 5%. Setelah bertahun-tahun maka Koperasi
simpan pinjam RT 03 semakin berkembang pesat sehingga anggota koperasi pada
tahun 2013 saat ini bisa meminjam lebih dari Rp.1.000.000,-.
TULISAN 2 SOFTSKILL
Nama :
Kartika Meylani
Kelas : 2EB21
NPM : 24212031
TULISAN
Perbedaan sistem
Ekonomi Sosialis dan Kapitalis
I.
Pendahuluan
Koperasi Kapitalis
Kapitalisme tidak memiliki suatu
definisi universal yang bisa diterima secara luas, namun secara umum merujuk
pada satu atau beberapa hal berikut:
Sebuah sistem yang mulai terinstitusi di Eropa pada masa
abad ke-16 hingga abad ke-19 – yaitu di masa perkembangan perbankan komersial
Eropa, di mana sekelompok individu maupun kelompok dapat bertindak sebagai
suatu badan tertentu yang dapat memiliki maupun melakukan perdagangan benda
milik pribadi, terutama barang modal seperti tanah dan tenaga manusia, pada
sebuah pasar bebas di mana harga ditentukan oleh permintaan dan penawaran, demi
menghasilkan keuntungan di mana statusnya dilindungi oleh negara melalui hak
pemilikan serta tunduk kepada hukum negara atau kepada pihak yang sudah terikat
kontrak yang telah disusun secara jelas kewajibannya baik eksplisit maupun
implisit serta tidak semata-mata tergantung pada kewajiban dan perlindungan
yang diberikan oleh kepenguasaan feodal.
Teori yang saling bersaing yang berkembang pada abad ke-19
dalam konteks Revolusi Industri, dan abad ke-20 dalam konteks Perang Dingin,
yang berkeinginan untuk membenarkan kepemilikan modal, untuk menjelaskan
pengoperasianpasar semacam itu, dan untuk membimbing penggunaan atau
penghapusan peraturan pemerintah mengenai hak milik dan pasaran. Pengertian
Lain dari Kapitalisme
Kapitalisme adalah suatu sistem ekonomi yang mengatur proses produksi dan pendistribusian barang dan jasa.
Kapitalisme adalah suatu sistem ekonomi yang mengatur proses produksi dan pendistribusian barang dan jasa.
Koperasi Sosialis
Tampilan terpenting koperasi-koperasi sosialis adalah bahwa
mereka diciptakan oleh ideolog-ideolog sosialis non-Marxis dan oleh
gerakan-gerakan politik non-komunis. Mereka bukan hasil inisiatif pemerintah,
seperti dilakukan kolektif-kolektif komu¬nis, meskipun mereka mungkin didukung
oleh negara, dan mereka tidak mendorong satu perang revolusioner tetapi
lebih-kurang kedamaian di dalam satu sistem kapitalis. Acuan utamanya adalah
Kibbutz dari Israel, pengalaman desa Ujamaa di Tanzania, dan koperasi-koperasi
Mondragon di Spanyol.
Koperasi-koperasi sosialis ini masih ditandai perbedaan dari
koperasi-koperasi model Rochdale. Pertama, mereka mengoposisi pemilikan pribadi
dan praktek-praktek kapitalistik di dalam operasi-operasi mereka. Mereka
melayani multifungsional. Melnyk menggambarkan ini sebagai “komunitas-komunitas
koperasi betul-betul beroperasi pada prinsip-prinsip sosialis dalam satu
ling¬kungan non-sosialis.” Secara ideologis dia menempatkan mereka antara kolektif-kolektif
komunis dan koperasi-koperasi demokratik liberal.
Keberhasilan koperasi-koperasi Kibbutz dan koperasi-koperasi
buruh Mondragon dijelaskan dalam arti keberadaan mereka sebagai bagian integral
masyarakatnya, diterima sebagai pelopor untuk nasionalisme ketimbang
sosialisme, sementara menjadi suatu minoritas yang tidak mengancam sistem
kapitalis tetapi cukup besar untuk menjangkau imajinasi dan diterima komunitas
pendu-kungnya. Pandangannya adalah bahwa mereka mengembangkan satu keseimbangan
keberhasilan antara prinsip-prinsip beroperasi sosialis internal (di dalam) dan
realitas kapitalis eksternal (di luar) di mana mereka harus bersaing.
Kontradiksi dari koperasi-koperasi sosialis ini adalah bahwa sementara mereka
menciptakan model-model atraktif mereka tidak dapat lebih terintegrasi dari
sebuah minoritas di dalam bangsa. Dalam kata-kata Melnyk mereka “menunjukkan
dirinya sendiri menjadi sebuah individual ketimbang satu jawaban publik
terhadap kapitalisme.
II.
Isi
Ekonomi sosialis adalah teori ekonomi dan praktek
hipotetis dan ada sistem ekonomi sosialis.
Sebuah ekonomi sosialis didasarkan pada beberapa
bentuk kepemilikan sosial, yang meliputi varietas kepemilikan publik dan
koperasi independen, atas alat-alat produksi, produksi dimana dilakukan untuk langsung
menghasilkan penggunaan-nilai kadang-kadang, tapi tidak selalu, dikoordinasikan
melalui perencanaan ekonomi dan sistem akuntansi berdasarkan perhitungan-baik
dalam-atau ukuran langsung dari waktu kerja.
Ekonomi sosialis panjang juga dapat diterapkan untuk
analisis sistem ekonomi mantan dan ada yang menyebut diri mereka “sosialis”,
seperti karya-karya ekonom Hungaria János Kornai.
Ekonomi sosialis telah dikaitkan dengan sekolah yang
berbeda pemikiran ekonomi, terutama ekonomi Marxis, ekonomi kelembagaan,
ekonomi evolusioner dan ekonomi neoklasik. Sosialisme awal, seperti sosialisme
Ricardian, didasarkan pada ekonomi klasik. Selama abad ke-20, proposal dan
model untuk ekonomi yang direncanakan dan sosialisme pasar didasarkan berat
pada ekonomi neoklasik atau sintesis dari ekonomi neoklasik dengan ekonomi
Marxis atau kelembagaan.
Sebuah ekonomi sosialis adalah sistem produksi di mana
barang dan jasa yang diproduksi secara langsung untuk digunakan, berbeda dengan
sistem ekonomi kapitalis, di mana barang dan jasa yang diproduksi untuk
menghasilkan profit (dan karena itu secara tidak langsung untuk digunakan).
Barang dan jasa akan diproduksi untuk kegunaan mereka, atau untuk penggunaan
nilai-mereka, menghilangkan kebutuhan untuk pasar-induced kebutuhan untuk
memastikan jumlah yang cukup permintaan untuk produk yang akan dijual dengan
keuntungan. Produksi dalam ekonomi sosialis karena itu “terencana” atau
“dikoordinasikan”, dan tidak menderita dari siklus bisnis melekat pada
kapitalisme.
Dalam teori sosialis kebanyakan, perencanaan ekonomi
hanya berlaku untuk faktor-faktor produksi dan bukan pada alokasi barang dan
jasa yang dihasilkan untuk konsumsi, yang akan disalurkan melalui pasar. Karl
Marx menyatakan bahwa “lebih rendah-tahap komunisme” akan terdiri dari
kompensasi berdasarkan jumlah tenaga kerja yang memberikan kontribusi terhadap
produk sosial.
Kepemilikan alat-alat produksi bervariasi dalam teori
sosialis yang berbeda. Hal ini juga dapat didasarkan pada kepemilikan publik
oleh aparatur negara; kepemilikan langsung oleh pengguna dari properti
produktif melalui koperasi pekerja, atau yang biasa dimiliki oleh semua
masyarakat dengan manajemen dan kontrol didelegasikan kepada orang-orang yang
mengoperasikan / menggunakan alat-alat produksi.
Manajemen dan kontrol atas kegiatan perusahaan
didasarkan pada manajemen diri dan self-governance, dengan hubungan
kekuasaan-sama di tempat kerja untuk memaksimalkan otonomi kerja. Bentuk
sosialis organisasi akan menghilangkan hirarki pengendalian sehingga hanya
sebuah hirarki berdasarkan pengetahuan teknis di tempat kerja tetap. Setiap
anggota akan memiliki keputusan-keputusan kekuasaan di perusahaan dan akan
dapat berpartisipasi dalam membangun tujuan keseluruhan kebijakan. Kebijakan /
tujuan akan dilakukan oleh spesialis teknis yang membentuk hirarki koordinasi
dari perusahaan, yang akan menetapkan rencana atau arahan bagi masyarakat
bekerja untuk mencapai tujuan tersebut.
Namun, perekonomian negara-negara Sosialis mantan,
termasuk SFR Yugoslavia, didasarkan pada birokrasi pemerintahan, top-down
arahan ekonomi dan micromanagement dari pekerja di tempat kerja terinspirasi
oleh model kapitalis manajemen ilmiah. Akibatnya, kaum sosialis telah
menyatakan bahwa mereka tidak sosialis karena kurangnya hubungan kekuasaan-sama
di tempat kerja, kehadiran baru “elit”, dan karena produksi komoditas yang
terjadi dalam perekonomian. Sistem ini ekonomi dan sosial telah
diklasifikasikan sebagai baik kolektif Birokrasi, kapitalis Negara atau negara
pekerja cacat, sifat yang tepat dari Uni Soviet dkk tetap tak terpecahkan dalam
gerakan sosialis.
Sosialis ekonomi perencanaan
Artikel utama: perencanaan Ekonomi
Perencanaan ekonomi adalah mekanisme untuk alokasi
input ekonomi dan pengambilan keputusan berdasarkan alokasi langsung, berbeda
dengan mekanisme pasar, yang didasarkan pada alokasi langsung. Perekonomian
berdasarkan perencanaan ekonomi merampas sumber daya sesuai kebutuhan, sehingga
Alokasi yang datang dalam bentuk transfer internal daripada transaksi pasar
yang melibatkan pembelian aset oleh satu instansi pemerintah atau perusahaan
oleh orang lain. Pengambilan keputusan dilakukan oleh pekerja dan konsumen pada
tingkat perusahaan-.
Perencanaan ekonomi tidak identik dengan konsep
ekonomi komando, yang ada di Uni Soviet, dan didasarkan pada administrasi yang
sangat birokratis dari seluruh perekonomian sesuai dengan rencana yang
komprehensif dirumuskan oleh lembaga perencanaan pusat, yang ditetapkan
persyaratan output untuk unit produktif dan mencoba untuk micromanage keputusan
dan kebijakan perusahaan. Ekonomi komando didasarkan pada model organisasi dari
sebuah perusahaan kapitalis, tetapi berlaku ke seluruh perekonomian.
Berbagai pendukung perencanaan ekonomi telah kritikus
gigih ekonomi komando dan perencanaan terpusat. Misalnya, Leon Trotsky percaya
bahwa perencana pusat, terlepas dari kemampuan intelektual mereka, dioperasikan
tanpa masukan dan partisipasi dari jutaan orang yang berpartisipasi dalam
ekonomi dan memahami kondisi lokal dan perubahan yang cepat dalam perekonomian.
Oleh karena itu, perencana pusat tidak akan mampu secara efektif
mengkoordinasikan semua kegiatan ekonomi karena mereka tidak memiliki informasi
ini informal.
Perencanaan ekonomi dalam sosialisme mengambil bentuk
yang berbeda dari perencanaan ekonomi di ekonomi campuran kapitalis (seperti
dirigisme, perbankan Tengah dan perencanaan Indikatif), dalam perencanaan kasus
mantan mengacu pada produksi nilai guna langsung (perencanaan produksi),
sementara di kedua perencanaan kasus mengacu pada perencanaan akumulasi modal dalam
rangka untuk menstabilkan atau meningkatkan efisiensi proses ini.
aspek normatif
Lihat juga: kritik Sosialis kapitalisme
Tujuan dari ekonomi sosialis adalah untuk menetralisir
modal (atau, dalam kasus sosialisme pasar, investasi tunduk dan modal untuk
perencanaan sosial, untuk mengkoordinasikan produksi barang dan jasa untuk
memenuhi permintaan secara langsung (sebagai lawan ke pasar-kebutuhan
diinduksi), dan untuk menghilangkan siklus bisnis dan krisis overproduksi yang
terjadi sebagai akibat dari ekonomi yang didasarkan pada akumulasi modal dan
kepemilikan pribadi atas alat-alat produksi.
Sosialis umumnya bertujuan untuk mencapai kesetaraan
yang lebih besar dalam urusan pengambilan keputusan dan ekonomi, hibah pekerja
kontrol yang lebih besar dari alat-alat produksi dan tempat kerja mereka, dan
untuk menghilangkan eksploitasi dengan mengarahkan nilai surplus untuk
karyawan. Akses gratis ke sarana subsistensi merupakan syarat untuk kebebasan,
karena memastikan bahwa semua pekerjaan bersifat sukarela dan tidak ada kelas
atau individu memiliki kekuatan untuk memaksa orang lain dalam melakukan
pekerjaan mengasingkan.
Tujuan akhir Marxis sosialis adalah emansipasi tenaga
kerja dari mengasingkan kerja, dan oleh karena itu kebebasan dari keharusan
untuk melakukan kerja tersebut untuk menerima akses ke kebutuhan materi untuk
hidup. Dikatakan bahwa kebebasan dari kebutuhan akan memaksimalkan kebebasan
individu, sebagai individu akan mampu untuk mengejar kepentingan mereka sendiri
dan mengembangkan bakat mereka sendiri tanpa dipaksa melakukan kerja untuk
orang lain (daya-elit atau kelas penguasa dalam kasus ini) melalui mekanisme
kontrol sosial, seperti pasar tenaga kerja dan negara. Tahap perkembangan
ekonomi di mana hal ini mungkin bergantung pada kemajuan dalam kemampuan
produktif masyarakat. Ini stadium lanjut dari hubungan sosial dan organisasi
ekonomi disebut komunisme murni.
Ekonomi nilai sosialisme
Teori ekonomi sosialis mendasarkan nilai suatu barang
atau jasa nilai penggunaannya, ketimbang biaya produksinya (tenaga kerja teori
nilai) atau nilai tukar (Utilitas Marginal).
Teori sosialis lainnya, seperti mutualisme dan
sosialisme pasar, berusaha untuk menerapkan teori nilai kerja dengan
sosialisme, sehingga harga dari barang atau jasa yang disesuaikan sebesar
jumlah waktu kerja yang digunakan dalam produksinya. The waktu kerja
dikeluarkan oleh setiap pekerja akan sesuai dengan kredit tenaga kerja, yang
akan digunakan sebagai mata uang untuk memperoleh barang dan jasa.
Sosialis pasar yang mendasarkan model mereka pada
ekonomi neoklasik, dan dengan demikian utilitas marjinal, seperti Oskar Lange
dan Abba Lerner, telah mengusulkan bahwa perusahaan milik publik menetapkan
harga untuk biaya marjinal yang sama, sehingga mencapai efisiensi pareto.
Anarko-komunisme sebagai dipertahankan oleh Peter
Kropotkin dan Errico Malatesta menolak teori nilai kerja dan iself nilai tukar,
menganjurkan ekonomi hadiah dan distribusi berbasis kebutuhan.
Sosialis ekonomi dalam teori
Robin Hahnel dan Michael Albert mengidentifikasi lima
model ekonomi dalam rubrik ekonomi sosialis:
• Perusahaan Umum Ekonomi tengah direncanakan di mana
semua properti dimiliki oleh Negara dan semua keputusan ekonomi kunci dibuat
terpusat oleh negara, misalnya Uni Soviet.
• BUMN-Managed Public Market Economy, salah satu
bentuk sosialisme pasar yang mencoba untuk menggunakan mekanisme harga untuk
meningkatkan efisiensi ekonomi, sementara semua aset produktif yang menentukan
tetap dalam kepemilikan negara, misalnya pasar sosialis ekonomi di China
setelah reformasi.
• Sebuah ekonomi campuran, di mana kepemilikan publik
dan swasta dicampur, dan di mana perencanaan industri pada akhirnya bawahan
alokasi pasar, model membudayanya sosial demokrat misalnya di Swedia abad kedua
puluh.
• Karyawan Perusahaan Umum Dikelola Ekonomi Pasar,
bentuk lain dari sosialisme pasar yang milik publik, karyawan yang dikelola
unit produksi terlibat dalam pertukaran pasar bebas barang dan jasa dengan satu
sama lain serta dengan konsumen akhir, misalnya pertengahan abad kedua puluh Yugoslavia,
Dua model teoritis lebih banyak Progresif Pemanfaatan Prabhat Ranjan Sarkar ini
Teori dan demokrasi ekonomi.
• Perusahaan Umum Perencanaan Partisipatif, ekonomi
menampilkan kepemilikan sosial atas alat-alat produksi dengan alokasi
didasarkan pada integrasi perencanaan demokratis terdesentralisasi, misalnya
bernegara komunisme, sosialisme libertarian. Sebuah sejarah baru jadi leluhur
adalah bahwa dari Catalonia selama revolusi Spanyol. Model teoritis lebih
berkembang termasuk orang-orang Karl Polanyi, Ekonomi Partisipatif dan model
koordinasi negosiasi Pat Devine, serta pamflet Cornelius Castoriadis ini
“Pekerja Dewan dan Ekonomi Masyarakat Self-Managed”.
Selain itu, János Kornai mengidentifikasi lima
klasifikasi yang berbeda untuk sosialisme:
• Klasik / Marxis konsepsi, di mana sosialisme adalah
tahap perkembangan ekonomi di mana upah tenaga kerja, kepemilikan pribadi atas
alat-alat produksi dan hubungan moneter telah dibuat berlebihan melalui
pengembangan kekuatan produktif, sehingga akumulasi modal telah digantikan oleh
ekonomi perencanaan. Perencanaan ekonomi dalam definisi ini berarti alokasi
sadar input ekonomi dan alat-alat produksi oleh produsen terkait langsung
memaksimalkan penggunaan-nilai yang bertentangan dengan nilai-nilai tukar-,
berbeda dengan “anarki produksi” kapitalisme.
• Walrasian / Pasar Sosialis yang mendefinisikan
sosialisme sebagai publik-kepemilikan atau koperasi-perusahaan dalam ekonomi
pasar, dengan harga barang-barang produksi yang ditetapkan melalui metode
trial-and-error oleh dewan perencanaan pusat. Dalam pandangan ini, sosialisme
didefinisikan dalam hal hak kepemilikan de jure publik atas perusahaan besar.
• Leninis konsepsi, yang mencakup bentuk organisasi
politik yang berdasarkan kontrol dari alat-alat produksi dan pemerintah oleh
aparat partai tunggal politik yang mengklaim bertindak dalam kepentingan kelas
pekerja, dan bermusuhan terhadap ideologi pasar dan perbedaan politik, dengan
koordinasi kegiatan ekonomi melalui perencanaan ekonomi terpusat (a “ekonomi
komando”).
• Konsep Sosial Demokrat, berdasarkan modus produksi
kapitalis, yang mendefinisikan sosialisme sebagai seperangkat nilai-nilai
ketimbang jenis tertentu organisasi sosial dan ekonomi. Ini termasuk dukungan
tanpa syarat bagi demokrasi parlementer, upaya bertahap dan reformis untuk
membangun sosialisme, dan dukungan untuk penyebab sosial progresif. Sosial
demokrat tidak bertentangan dengan pasar atau milik pribadi, melainkan mereka
mencoba untuk memperbaiki efek kapitalisme melalui negara kesejahteraan, yang bergantung
pada pasar sebagai entitas koordinasi mendasar dalam perekonomian dan tingkat
kepemilikan publik / masyarakat penyediaan masyarakat barang dalam perekonomian
sebaliknya didominasi oleh perusahaan swasta.
• model Asia Timur, atau ekonomi pasar sosialis,
didasarkan pada sebagian besar pasar bebas, akumulasi modal untuk keuntungan
dan kepemilikan swasta yang besar bersama dengan negara-kepemilikan industri
strategis dimonopoli oleh partai politik tunggal. János Kornai akhirnya
meninggalkan klasifikasi model ini (baik sebagai sosialis atau kapitalis) untuk
pembaca.
Sosialis ekonomi dalam praktek
Meskipun sejumlah sistem ekonomi telah ada dengan
atribut sosialis berbagai, atau telah dianggap oleh para pendukung sosialis
mereka, hampir semua sistem ekonomi tercantum di bawah ini sebagian besar telah
mempertahankan unsur-unsur kapitalisme seperti upah buruh, akumulasi modal, dan
produksi komoditas. Meskipun demikian, berbagai elemen dari suatu ekonomi
sosialis telah dilaksanakan atau bereksperimen dengan berbagai ekonomi di
sepanjang sejarah.
Berbagai bentuk atribut organisasi sosialis telah ada
sebagai mode kecil produksi dalam konteks ekonomi kapitalis sepanjang sejarah –
contoh ini termasuk koperasi dalam ekonomi kapitalis, dan gerakan
bebas-software muncul berdasarkan sosial peer-to-peer produksi .
Perencanaan pusat ekonomi
Sebuah ekonomi perencanaan pusat menggabungkan
kepemilikan publik atas alat-alat produksi dengan perencanaan negara yang
tersentralisasi. Model ini biasanya dikaitkan dengan ekonomi komando
Soviet-style. Dalam ekonomi perencanaan pusat, keputusan mengenai jumlah barang
dan jasa yang akan diproduksi direncanakan terlebih dahulu oleh badan
perencanaan. Proses perencanaan didasarkan sekitar saldo materi –
menyeimbangkan masukan ekonomi dengan target produksi yang direncanakan untuk
periode perencanaan. Meskipun nominal yang “terpusat direncanakan” ekonomi,
dalam perumusan realitas rencana berlangsung pada tingkat yang lebih lokal dari
proses produksi sebagai informasi yang disampaikan dari perusahaan untuk
perencanaan kementerian. Selain dari Uni Soviet dan ekonomi blok Timur, ini
model ekonomi juga dimanfaatkan oleh Republik Rakyat Cina, Republik Sosialis
Vietnam, Republik Kuba dan Korea Utara.
III.
Penutup
Minimal ada empat hal yang menurut menjadi
penyebab minimnya peran koperasi. Pertama adalah aspek pendidikan. Seperti yang
telah disampaikan sebelumya bahwa Indonesia mengalami degradasi pemahaman
idiologi. Kualitas pendidikan koperasi menjadi faktor utama turunnya minat
berkoperasi. Sebagai salah satu prinsip koperasi, pendidikan seharusnya
mendapatkan prioritas, tetapi kenyataanya pendidikan koperasi mendapatkan porsi
yang semakin sedikit baik di lembaga-lembaga pendidikan. Ada satu masa dimana manusia harus
memperjuangkan haknya, bukan sekedar berteriak tetapi juga menggeliat dan
menerkam. Bila mana itu terjadi? Ketika manusia sudah tidak dimanusiakan lagi,
saat homo hominilupus menghegemoni kehidupan. Saat manusia tidak lagi
dimanusiakan itulah waktu dimana gerakan untuk menjaga kelangsungan hidup
manusia dimulai.
Langganan:
Postingan (Atom)